Kepatuhan kepada pemerintah (Roma 13 : 1-7)
1.
Tiap-tiap orang harus takluk
kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak
berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh
Allah.
2.
Sebab itu barangsiapa melawan
pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan
mendatangkan hukuman atas dirinya.
3.
Sebab jika seorang berbuat baik,
ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu
hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan
beroleh pujian dari padanya.
4.
Karena pemerintah adalah hamba
Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia,
karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba
Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
5.
Sebab itu perlu kita menaklukkan
diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara
hati kita.
6.
Itulah juga sebabnya maka kamu
membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu
adalah pelayan-pelayan Allah.
7.
Bayarlah kepada semua orang apa
yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai
kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak
menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.
Matius
22 : 15-22
1
Petrus 2 : 13-17
Bangsa
Romawi merupakan bangsa yang sangat toleran kepada kepercayaan-kepercayaan
lain. Kepercayaan bangsa Romawi bersifat animistis, mereka menyembah
roh-roh dari hutan, sungai, gunung, dan alam. Sekalipun mereka memiliki
kepercayaan sendiri, kekaisaran Romawi memiliki
ideologi/gagasan/pemikiran yang membuat mereka bisa hidup berdampingan dengan
agama lainnya. Mereka bukan sekedar toleransi, tetapi mereka juga
mengadopsi dewa atau dewi agama lain menjadi tambahan dewa atau
dewi mereka. bahkan Kaisarpun menjadi objek penyembahan mereka.
Kondisi
inilah yang mempersulit kehidupan umat Kristen dan Yahudi yang hanya mau
menyembah satu Allah saja. Kehadiran dewa-dewi yang begitu banyak sudah
merupakan ancaman bagi orang-orang Yahudi, ditambah dengan kewajiban untuk
menyembah Kaisar.
Kaisar
Nero melihat orang Kristen sebagai bahaya besar bagi kelangsungan kekaisaran
Romawi karena jumlah mereka yang semakin besar dan persembahan kurban yang
semakin hari semakin sedikit. Nero melihat apabila orang Kristen tetap diberi
kebebasan dalam beribadah, maka akan semakin banyak pengikut mereka. Kaisar
Nero menerapkan sikap bermusuhan terhadap orang Kristen. Ia merestui
penganiayaan terhadap orang Kristen. Orang Kristen dianiaya dengan sangat
ngerinya, misalnya dilabur dengan gala-gala lalu dibakar hidup-hidup dan
dijadikan obor pada pesta malam.
Ini
menjadi latar belakang adanya pemberontakan dari kaum Zelot (Kaum Pemberontak
dari Yahudi). Mereka yakin bahwa tidak ada raja bagi orang-orang Yahudi
kecuali Allah; dan upeti tidak dibayarkan kepada siapapun, kecuali kepada
Allah. Mereka yakin bahwa Allah tidak akan menolong mereka kecuali mereka
memulai tindakan kekerasan untuk menolong diri mereka sendiri. Tujuan mereka
ialah untuk meniadakan pemerintahan sipil. Mereka tidak hanya melakukan terror
terhadap pemerintah Romawi, mereka juga menghancurkan rumah-rumah dan membakar
tanaman dan membunuh sesama Yahudi yang membayar upeti kepada pemerintah
romawi.
Mungkin
Paulus menuliskan perikop ini untuk memisahkan kekristenan dari pemberontakan
Yudaisme dan untuk menjelaskan bahwa kekristenan dan kewarganegaraan yang baik
bisa bersahabat dan berjalan bersama-sama.
Ada 2 kebenaran yang diajarkan melalui perikop ini:
1. Kekuasaan adalah anugerah Allah.
Pemerintah berasal dari Allah dan
ditetapkan oleh Allah (Rom 13:1)
"Tidak
ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah". Persoalannya adalah, yang
duduk dalam pemerintahan seharusnya adalah orang-orang yang pantas, yang
mengusahakan kesejahteraan masyarakat, namun kenyataannya, tidak ada
pemerintahan yang baik. Kita mungkin bertanya bagaimana menghadapi pemerintahan
yang begini? Apakah Allah menetapkan pemerintahan yang begini?.
Ternyata
ini bukan masalah zaman ini saja. Orang Roma termasuk Paulus juga
mengalami pemerintahan yang tidak kalah buruknya, tapi dalam suratnya
Paulus tetap menggunakan kalimat imperatif, “harus”, Seakan-akan untuk
orang Kristen tidak ada pilihan. Tuhan mengijinkan berjalannya
pemerintahan yang kurang baik supaya orang Kristen dapat menunjukan
perannya lebih baik baik di dalam doa dan juga dalam tindakan.
2. Ketundukan Terhadap Pemerintah Adalah
Kewajiban
Menurut pola
dunia ini, orang takluk kepada penguasa atau kepada orang lain disebabkan
karena takut, atau karena mengharapkan sesuatu. Tetapi Firman Tuhan
meminta orang Kristen takluk karena alasan lain, yaitu karena Tuhan
menghendakinya.
Kata takluk yang
dimaksudkan dalam teks ini bukan sekedar taat dan patuh terhadap
pemerintah, tetapi bagaimana seorang warga negara (baik orang kaya-miskin,
jenderal, polisi, pegawai negeri, pejabat pemerintahan) bisa menempatkan
dirinya berada di bawah sesama manusia yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi
darinya.
Ayat
7 memberikan penegasan akan hal ini "Bayarlah kepada semua orang apa yang
harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada
orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima
rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat."
Ketundukan kepada
pemerintah tidak hanya diberikan dengan sikap hormat saja, tetapi dengan
tindakan yang real yaitu dengan membayar pajak. Untuk melakukan
pembayaran pajak ini, dibutuhkan sebuah kerendahan hati dari seluruh warga
negara Roma untuk mengakui bahwa ini adalah ketetapan yang berasal dari
Allah.
Pada
zaman Paulus, pajak merupakan iuran yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan
kepada negara. Ada banyak macam pajak menurut apa yang di pakai dasar
pemungutan iuran itu, seperti tanah, jalan, kekayaan, pembangunan, pendapatan,
pajak perseorangan, orang Yahudi membayar pula pajak bait suci sebanyak
dua dirham setahun (Mat. 17:24) dan berbagai kewajiban pajak lain (Mrk.
2:14). Menurut Rom. 13: 6, dan 7, Paulus menganggap salah satu kesetiaan
kepada pemerintah adalah membayar pajak.
Dengan membayar
pajak, orang Kristen memperlihatkan bahwa mereka rela takluk kepada pemerintah
sekaligus menjadi pengakuan bahwa pemerintah adalah hamba Allah (ayat 3-4).
Mengapa
Paulus menganggap perlu dengan begitu tegas menyatakan hukuman kepada mereka
yang melawan pemerintah? Kemungkinan karena jemaat di Roma bersimpati
pada gerakan kaum Zelot atau orang Kristen di Roma terhanyut oleh
keyakinan bahwa akhir zaman sudah dekat sehingga mereka memandang rendah segala
hal duniawi, termasuk negara. Itu sebabnya Paulus menyadarkan mereka akan
sebuah aspek penting yaitu untuk menghargai pemerintah.
Kesimpulan:
Gereja
dan negara merupakan dua institusi yang berbeda. Namun keduanya memiliki
hubungan yang erat. Jemaat gereja sekaligus adalah warga negara, oleh
karena itu seharusnya terbina hubungan yang baik antara gereja dan negara.
Sejarah telah memperlihatkan bahwa gereja yang menguasai negara membawa kepada
masa kegelapan gereja. Demikian halnya dengan masa dimana negara menguasai
gereja, ini adalah masa yang suram di dalam perkembangan kekristenan. Solusi
yang terbaik adalah membiarkan keduanya tetap berbeda namun berjalan dalam
terang Firman-Nya. Setiap individu dalam gereja wajib tunduk pada negara, namun
pemerintah menjalankan roda pemerintahan sebagai wakil Allah yang dengan hikmat
melindungi dan mengusahakan kebaikan warga negaranya.
source : http://rec.or.id/article_497
Tidak ada komentar:
Posting Komentar