Silahkan berkunjung dan bergabung ke facebook HKBP Laut Dendang di FB-HKBPLD. Anda akan mendapatkan firman Tuhan setiap harinya berdasarkan Almanak HKBP dan juga ke Youtube HKBP Laut Dendang di Youtube-HKBPLD berita terkini seputar Gereja HKBP Laut Dendang. Semoga Blog, Facebook dan Youtube HKBP Laut Dendang ini bermanfaat. Dan bisa menjadi berkat bagi kita semua. Amin

Selasa, 03 September 2019

Kepatuhan kepada pemerintah



Kepatuhan kepada pemerintah (Roma 13 : 1-7)
1.       Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
2.       Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. 

3.       Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
4.       Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.  

5.       Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. 

6.       Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak.  Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. 

7.       Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.


Matius 22 : 15-22
1 Petrus 2 : 13-17


Bangsa Romawi merupakan bangsa yang sangat toleran kepada kepercayaan-kepercayaan lain. Kepercayaan bangsa Romawi  bersifat animistis, mereka menyembah roh-roh dari hutan, sungai, gunung, dan alam. Sekalipun mereka memiliki kepercayaan sendiri,  kekaisaran Romawi memiliki ideologi/gagasan/pemikiran yang membuat mereka bisa hidup berdampingan dengan agama lainnya. Mereka bukan  sekedar toleransi, tetapi mereka juga mengadopsi  dewa atau dewi  agama lain menjadi tambahan dewa atau dewi mereka. bahkan Kaisarpun menjadi objek penyembahan mereka.

Kondisi inilah yang mempersulit kehidupan umat Kristen dan Yahudi yang hanya mau menyembah satu Allah saja. Kehadiran dewa-dewi yang begitu banyak sudah merupakan ancaman bagi orang-orang Yahudi, ditambah dengan kewajiban untuk menyembah Kaisar.

Kaisar Nero melihat orang Kristen sebagai bahaya besar bagi kelangsungan kekaisaran Romawi karena jumlah mereka yang semakin besar dan persembahan kurban yang semakin hari semakin sedikit. Nero melihat apabila orang Kristen tetap diberi kebebasan dalam beribadah, maka akan semakin banyak pengikut mereka. Kaisar Nero menerapkan sikap bermusuhan terhadap orang Kristen. Ia merestui penganiayaan terhadap orang Kristen. Orang Kristen dianiaya dengan sangat ngerinya, misalnya dilabur dengan gala-gala lalu dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor pada pesta malam.

Ini menjadi latar belakang adanya pemberontakan dari kaum Zelot (Kaum Pemberontak dari Yahudi).  Mereka yakin bahwa tidak ada raja bagi orang-orang Yahudi kecuali Allah; dan upeti tidak  dibayarkan kepada siapapun, kecuali kepada Allah. Mereka yakin bahwa Allah tidak akan menolong mereka kecuali mereka memulai tindakan kekerasan untuk menolong diri mereka sendiri. Tujuan mereka ialah untuk meniadakan pemerintahan sipil. Mereka tidak hanya melakukan terror terhadap pemerintah Romawi, mereka juga menghancurkan rumah-rumah dan membakar tanaman dan membunuh sesama Yahudi yang membayar upeti kepada pemerintah romawi.
Mungkin Paulus menuliskan perikop ini untuk memisahkan kekristenan dari pemberontakan Yudaisme dan untuk menjelaskan bahwa kekristenan dan kewarganegaraan yang baik bisa bersahabat dan berjalan bersama-sama.

Ada 2 kebenaran yang diajarkan melalui perikop ini:
1. Kekuasaan adalah anugerah Allah.
Pemerintah berasal dari Allah  dan ditetapkan oleh Allah (Rom 13:1)
"Tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah". Persoalannya adalah, yang duduk dalam pemerintahan seharusnya adalah orang-orang yang pantas, yang mengusahakan kesejahteraan masyarakat, namun kenyataannya, tidak ada pemerintahan yang baik. Kita mungkin bertanya bagaimana menghadapi pemerintahan yang begini? Apakah Allah menetapkan pemerintahan yang begini?. 
Ternyata ini bukan masalah zaman ini saja. Orang  Roma termasuk Paulus juga mengalami pemerintahan yang tidak kalah buruknya,  tapi dalam suratnya Paulus tetap menggunakan kalimat imperatif, “harus”,  Seakan-akan untuk orang Kristen tidak ada pilihan.  Tuhan mengijinkan berjalannya pemerintahan  yang kurang  baik supaya orang Kristen dapat menunjukan perannya lebih baik baik di dalam doa dan juga dalam tindakan.

2. Ketundukan Terhadap Pemerintah Adalah Kewajiban
Menurut pola dunia ini, orang takluk kepada penguasa atau kepada orang lain disebabkan karena  takut, atau karena mengharapkan sesuatu. Tetapi Firman Tuhan meminta  orang Kristen takluk karena alasan lain, yaitu karena Tuhan menghendakinya.
Kata takluk yang dimaksudkan dalam teks ini bukan sekedar  taat dan patuh terhadap pemerintah, tetapi bagaimana seorang warga negara (baik orang kaya-miskin, jenderal, polisi, pegawai negeri, pejabat pemerintahan) bisa menempatkan dirinya berada di bawah sesama manusia yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi darinya.

Ayat 7 memberikan penegasan akan hal ini "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat."

Ketundukan kepada pemerintah tidak hanya diberikan dengan sikap hormat saja, tetapi dengan tindakan yang real yaitu dengan membayar pajak.  Untuk melakukan pembayaran pajak ini, dibutuhkan sebuah kerendahan hati dari seluruh warga negara Roma untuk mengakui bahwa ini adalah  ketetapan yang berasal dari Allah. 

Pada  zaman Paulus, pajak merupakan iuran yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada negara. Ada banyak macam pajak menurut apa yang di pakai dasar pemungutan iuran itu, seperti tanah, jalan, kekayaan, pembangunan, pendapatan, pajak perseorangan,  orang Yahudi membayar pula pajak bait suci sebanyak dua dirham setahun (Mat. 17:24) dan berbagai kewajiban pajak lain (Mrk. 2:14). Menurut Rom. 13: 6, dan 7, Paulus menganggap salah satu kesetiaan kepada pemerintah adalah  membayar pajak.
Dengan membayar pajak, orang Kristen memperlihatkan bahwa mereka rela takluk kepada pemerintah sekaligus menjadi pengakuan bahwa pemerintah adalah hamba Allah (ayat 3-4).

Mengapa Paulus menganggap perlu dengan begitu tegas menyatakan hukuman kepada mereka yang melawan pemerintah? Kemungkinan karena jemaat  di Roma bersimpati pada gerakan kaum Zelot atau orang Kristen di Roma terhanyut oleh keyakinan bahwa akhir zaman sudah dekat sehingga mereka memandang rendah segala hal duniawi, termasuk negara. Itu sebabnya Paulus menyadarkan mereka akan sebuah aspek penting yaitu untuk menghargai pemerintah.

Kesimpulan:
Gereja dan negara merupakan dua institusi yang berbeda. Namun keduanya memiliki hubungan yang erat. Jemaat  gereja sekaligus adalah warga negara, oleh karena itu seharusnya terbina hubungan yang baik antara gereja dan negara. Sejarah telah memperlihatkan bahwa gereja yang menguasai negara membawa kepada masa kegelapan gereja. Demikian halnya dengan masa dimana negara menguasai gereja, ini adalah masa yang suram di dalam perkembangan kekristenan. Solusi yang terbaik adalah membiarkan keduanya tetap berbeda namun berjalan dalam terang Firman-Nya. Setiap individu dalam gereja wajib tunduk pada negara, namun pemerintah menjalankan roda pemerintahan sebagai wakil Allah yang dengan hikmat melindungi dan mengusahakan kebaikan warga negaranya.

source : http://rec.or.id/article_497

Tidak ada komentar:

Posting Komentar