Silahkan berkunjung dan bergabung ke facebook HKBP Laut Dendang di FB-HKBPLD. Anda akan mendapatkan firman Tuhan setiap harinya berdasarkan Almanak HKBP dan juga ke Youtube HKBP Laut Dendang di Youtube-HKBPLD berita terkini seputar Gereja HKBP Laut Dendang. Semoga Blog, Facebook dan Youtube HKBP Laut Dendang ini bermanfaat. Dan bisa menjadi berkat bagi kita semua. Amin

Jumat, 13 Desember 2019

7 Makna Natal Menurut Alkitab

Dewasa ini natal sudah menjadi hari perayaan yang universal, bukan lagi hanya perayaan keagamaan umat kristiani. Kendati banyak orang di luar umat kristiani yang menolak sekedar untuk ikut merayakan natal (bahkan untuk mengucapkan Selamat Natal sekalipun), namun tampaknya lebih banyak lagi orang yang terlibat “merayakannya”.

“Merayakan” yang dimaksud di sini tentu bukan dalam arti religius, tetapi dalam arti umum, sekedar pesta dan bersenang-senang di hari libur.Bahkan di beberapa tempat, seperti di diskotik, natal “dirayakan” secara tidak benar, dengan huru-hara, pesta pora dan melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya.

Di sisi lain, hiruk-pikuk dan gemerlapnya perayaan natal, sekalipun dirayakan secara benar, dapat mengaburkan makna natal yang sesungguhnya.Oleh karena itu, perlu direnungkan kembali makna natal yang sesungguhnya, sehingga esensi natal tidak hilang begitu saja oleh hiruk-pikuk dan gemerlapnya perayaan natal, bahkan oleh “perayaan” natal yang tidak benar.

Lalu, apakah makna natal yang sesungguhnya menurut Alkitab dan pandangan Kristen? Artikel ini akan mencoba membahasnya.

 1. Natal Adalah Pengorbanan

Makna natal yang sesungguhnya yang pertama adalah pengorbanan.
Karena kasihNya kepada manusia yang berdosa, Allah rela mengorbankan anakNya yang tunggal, Yesus Kristus, agar manusia terbebas dari dosa (Yohanes 3:16). Manusia yang telah jatuh dalam dosa seharusnya akan mati menanggung dosa-dosanya, namun Allah yang pengasih dan penyayang rela mengorbankan anakNya yang tunggal untuk mati menggantikan kita.

Allah berkorban dalam peristiwa natal. Demikian juga dengan orang-orang pada peristiwa natal, mereka juga turut berkorban.Para majus mengorbankan persembahan-persembahan mereka: emas, perak, dan mur (Matius 2:11), sebagai “kado natal” terindah mereka kepada bayi Yesus.

Juga Yusuf dan Maria harus berkorban di hari natal. Maria dan Yusuf harus mengorbankan perasaan mereka untuk menerima bayi Yesus yang bukan anak mereka sendiri, dan ketika mereka masih belum resmi berstatus sebagai suami istri. Selain itu, mereka juga harus berkorban ketika pergi dari Nazaret ke Betlehem, di mana Maria dalam keadaan mengandung.

Dan ketika Herodes Agung berencana membunuh bayi-bayi di Betlehem, mereka juga harus mengungsi ke Mesir untuk beberapa lama, hingga Herodes Agung meninggal dunia.
Sah-sah saja jika kita mengharapkan kado natal pada hari natal. Tetapi alangkah baiknya jika kita juga memberikan kado di hari natal, terutama bagi mereka yang kurang mampu.

Tetapi yang terutama adalah “pengorbanan” kita bagi Yesus yang telah rela datang ke dunia untuk membebaskan kita dari belenggu iblis dan dosa serta memberi kita hidup kekal di sorga bersamaNya. Pengorbanan apakah yang telah kita lakukan untukNya?

 2. Natal Adalah Solidaritas

Makna natal yang sesungguhnya yang kedua adalah solidaritas.
Anak Allah yang kudus rela datang ke dunia dan menjadi sama seperti manusia. Dia adalah Allah, yang pada hakekatnya setara dengan Allah Bapa, namun Ia rela mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang manusia/hamba agar bisa mati bagi dosa-dosa dunia (Filipi 2:5-8).

Yesus adalah Tuhan, turun dari singgasanaNya di sorga dan datang ke bumi dengan cara berinkarnasi, mengambil rupa seorang manusia dan tinggal di antara manusia (Yohanes 1:1,14).
Yesus tinggal di antara manusia yang berdosa, bejat dan memberontak kepada Allah. Ia melakukan hal itu agar Ia dapat melayani manusia dan mati bagi mereka. Itulah sebabnya namaNya disebut Immanuel: Tuhan beserta kita (Matius 1:21-23).

Lewat natal kita diingatkan untuk menunjukkan rasa solidaritas dan persaudaraan terhadap mereka yang terhilang, miskin, terpinggirkan, dan menderita.

 3. Natal Adalah Kesederhanaan

Makna natal yang sesungguhnya berikutnya adalah kesederhanaan.
Anak Allah yang kudus lahir bukan di ibu kota Israel, Yerusalem, atau di ibu kota kekaisaran Romawi, Roma, namun di kota kecil Betlehem (Lukas 2:4-6). Dia juga tidak lahir di istana, namun di dalam palungan, atau tempat makan ternak (Lukas 2:7).

Dia juga tidak lahir di dalam keluarga raja atau bangsawan yang terhormat, juga tidak di dalam keluarga orang kaya, tetapi di dalam keluarga tukang kayu yang sederhana, Yusuf dan Maria.
Jika Dia mau, sebenarnya Ia bisa saja memilih lahir di kota besar saat itu, seperti Yerusalem atau Roma, atau lahir di keluarga kaya atau bangsawan, bukan di dalam keluarga tukang kayu yang sederhana. Namun Ia tidak melakukannya. Ia lahir dan hidup secara sederhana.
KelahiranNya pun diberitakan bukan kepada para raja, nabi atau orang besar, namun kepada para gembala domba yang sederhana (Lukas 2:8-12).

Kita patut merayakan natal secara sederhana, bukan dengan kemewahan, sebab peristiwa natal yang pertama  pun sangat sederhana.
Tidaklah salah membeli pakaian baru pada hari natal, membuat kue-kue dan makanan yang lezat, menghias gereja dan rumah kita dengan ornamen-ornamen natal, tetapi jangan sampai kesederhanan natal menjadi hilang dari perayaan kita.

 4. Natal Adalah Universalitas

Makna natal yang sesungguhnya lainnya adalah universalitas.
Natal adalah bagi semua orang dari segala bangsa. Hal ini tampak dari pemberitahuan malaikat kepada para gembala di padang Efrata. Malaikat tersebut mengatakan bahwa kabar yang dibawanya ditujukan bagi segala bangsa (Lukas 2:10).

Hal ini juga tampak dari kedatangan para majus dari Timur, yang jelas bukan orang Israel. Mereka datang dari negerinya untuk menyembah Juruselamat yang baru lahir.
Mereka datang bukan atas inisiatif mereka sendiri, tetapi karena dituntun oleh Allah sendiri lewat sebuah bintang di langit. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memaksudkan natal untuk segala bangsa, termasuk orang-orang majus dari Timur ini.

Jadi natal ditujukan bukan hanya kepada orang Israel saja, sebagai umat plihan Tuhan, tetapi kepada semua bangsa di bumi (Lukas 2:30-32).
Kita dapat mengundang setiap orang untuk menerima kasih natal tersebut. Siapa saja yang mau percaya dan menerima bayi natal, dapat turut merayakan natal.