(* Wawancara dengan Pendeta Resort HKBP Medan, Pdt Dr Plasthon Simanjuntak)
HKBP telah menetapkan tahun 2016 ini
sebagai tahun keluarga, dan telah dimulai dengan pembentukan panitia
oleh Ompui Ephorus HKBP Pdt WTP Simarmata MA. Patut disyukuri, adanya
gebrakan-gebrakan pelayanan dalam upaya pembangunan gereja sebagai tubuh
kristus dimulai dengan tahun sekolah minggu, tahun remaja dan pemuda,
tahun parompuan (ina) serta kemudian tahun keluarga.
Dikatakan Pdt Resort HKBP Medan Pdt Dr
Plasthon Simanjuntak, Kamis (14/1), akan sangat luar biasa jika
implementasi tahun-tahun pelayanan itu diterapkan dalam pelayanan
gereja. Diakomodir oleh rapat-rapat huria di gereja masing-masing.
“Secara khusus kita akan memberikan perhatian yang serius terhadap tahun
keluarga ini. Tahun keluarga kalau sesuai dengan keputusan pimpinan
kita itu, tuan rumah adalah kaum bapak. Kaum bapak yang memimpin
keluarga dan ini sangat alkitabiah, karena seorang bapak di tengah
keluarga adalah imam. Dia bertanggungjawab terhadap seluruh aspek
kehidupan keluarga itu terutama hal iman, hubungan dengan Tuhan
spiritualitas itu.
Itu sebabnya di dalam kotbah tahun baru
Ompui Ephorus menyikapi tahun keluarga sangat-sangat diarahkan kepada
peranan seorang Bapak. Apabila seorang bapak betul-betul
bertanggungjawab sebagai imam, maka dia akan didukung oleh seorang
istri/soripada napantas marroha, maka anak-anaknya menjadi anak yang
luar biasa, yang pentar-pintar dan takut akan tuhan.
Resort Medan khususnya HKBP Sudirman
sebetulnya sudah mendahului program ini, sesuai dengan programnya tahun
parheheon ama di Resort Medan di tahun 2014 lalu. “Kita sudah persiapkan
dan memunculkan motto ama namarsahala, kalau dikatakan tadi seorang
bapak adalah imam. “Kita aktualisasikan istilah budaya, yang sangat
sarat dengan istilah alkitab “sahala”. Sahala itu harus didasari oleh
iman, spiritualitas dan tetap alkitabiah. Seorang bapak harus kuat
imannya,” katanya.
Oleh sebab itu ditanggapi kalau boleh di
tahun keluarga ini baik tingkat distrik, resort dan huria-huria, Pdt
Plasthon yakin di tingkat hatopan akan disoroti secara mendalam, tapi
untuk aplikasi pastilah dihuria-huria karena disanalah keluarga-keluarga
berada.
Adalah menjadi masukan yang baik, apa
yang dikatakan pada Tahun Keluarga, HKBP menjawab tahun keluarga itu
harus memberdayakan setiap suami menjadi bapak dengan menjadi ama
namarsahala.
Di dalam seminar yang dibuat Parheheon
Ama, kita mengundang pakar dan ahli, sebagai ama namarsahala itu
ditopang empat sistem pemahaman. Yang harus berdampak kepada kehidupan
keluarga itu.
Pertama, ama sebagai imam harus memiliki
spiritualitas iman yang kuat. Dan inilah yang diperintahkan oleh Tuhan,
baik itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian baru. Ulangan 6 sangat
jelas, bahwa kamu harus mengajar anak-anakmu dengan firman Tuhan
berulang-ulang. Artinya kehidupan spiritualitas adalah dasar
segala-galanya membuat seorang Bapak menjadi imam.
Apakah seorang bapak itu ketika
spiritualitasnya mendalam sudah disebut ama namarsahala? Belum tetapi
dasarnya sudah. Ama itu harus membawa masukan yang baik ke tengah
keluarga. Apa arti budaya yang ada itu? Bagaimana seorang batak memahami
budaya dalam sinar injil?
Pendidikan dan budaya itu satu kesatuan dan menjadi hal kedua yang harus dipahami ama namarsahala.
Kemudian yang ketiga, seorang bapak
harus memahami arti kesehatan. Kalau seorang bapak tidak memahami fungsi
kesehatan maka anak-anak kita akan menjadi korban narkoba, pergaulan
bebas, roh kekerasan.
Bagaimana seorang bapak menjadi imam
yang tidak memahami bahaya narkoba. Nah dia harus memahami itu, dengan
demikian dia akan mampu membangun benteng yang kuat untuk membina
anak-anaknya supaya tidak terjerumus kepada narkoba, roh kejahatan dan
roh kekerasan, dan kebebasan seks.
Belum cukup itu saja, keempat yaitu
ekonomi keluarga. Jika seorang bapak tidak menghasilkan pendapatan untuk
keluarga, ya sama saja. Dengan kondisi seperti ini, bisa saja seorang
istri memandang rendah suaminya. Apalagi istri mendapatkan uang lebih
banyak, ini akan menjadi problem di tengah keluarga.
Untuk itu, lanjutnya, gereja harus mampu
memberdayakan ama namarsahala. Kaum bapak berdaya untuk perekonomian
keluarga. Itulah gereja mencetuskan Credo Union Modifikasi (CUM),
satu-satunya perpanjangan tangan gereja untuk memberikan peluang bagi
kaum bapak yang belum memiliki pendapatan tetap dalam keluarga. Maka CUM
yang ada digereja bisa membimbing yang menganggur, dan memberikan
pinjaman modal untuk diusahai. Ini pemahaman diakonia gereja, sehingga
seorang bapak dilihat istrinya, anak-anaknya yang bersungguh-sungguh
menghidupi keluarganya.
Strateginya memang kaum bapak, harus
diberdayakan tentunya harus ditopang seorang istri/soripada napantas
marroha. “Kita coba melihat tahun perempuan yang lalu, apa yang
dikontribusikan itu sangat-sangat kita harapkan,” katanya.
Orangtua juga harus mendengar generasi
muda yang hidup di era digital saat ini. Mereka seakan tidak mau lagi
bicara adat dan budaya. “Kita harus mendengar dari generasi muda apa
yang menjadi kebutuhan mereka dan kita mengapresiasi apa keputusan
mereka dengan landasan iman. Tidak mungkin kita anti teknologi, tapi
kita juga harus melihat nilai budaya kita yang sudah digarami
kekristenan. Bagaimana generasi muda kita itu menerima nilai-nilai
kekristenan dalam kehidupannya.
“Sehingga disana ada keterpaduan yang
solit teknologi, kemajuan, digital dengan iman. Didasari oleh
nilai-nilai budaya yang kristiani. Maka dengan demikian kita yakin
mereka tidak akan terlepas dari keluarga secara langsung. Keluarga akan
berfungsi sebagai wiek bagi gereja dan keluarga menjadi gereja bagai
anggota keluarganya,” ujarnya.
Dengan demikian, misi penginjilan gereja
pun akan lebih baik, terutama jika kita memaknai tahun keluarga dengan
rasa tanggungjawab, benarlah visi HKBP, “HKBP yang Diberkati Menjadi
Berkat Bagi Dunia Ini”.
Harapannya, bagaimana di distrik ini
maupun resort, dalam mempersiapkan tahun keluarga, kalaupun ada
ketentuan dari pusat tetap diikuti tapi bagaimana di resort semakin
mengakar itu yang harus dilihat.
Sebagai panduan, tahun parheheon ama
HKBP Resort Medan yang diketuai Ir JB Siringoringo dibawah pendampingan
Pdt Ligat Simbolon telah menerbitkan buku “Ama Namarsahala” yang
merangkum ilmu pengetahuan tentang empat aspek yang harus dimiliki ama
namarsahala dari pakar-pakar dibidangnya.
Source: http://hkbpmedan.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar