Pendahuluan
Sejak dulu rencana iblis tidak pernah
berubah, yaitu menghancurkan Kerajaan Allah. Orang-orang yang memihak
kepada Allah, tentu secara otomatis mereka ini menjadi orang-orang yang dibenci
iblis. Secara otomatis pula menjadi mereka musuh iblis.
Iblis sangat tidak suka kepada orang-orang
yang hidup sungguh-sungguh bagi Allah. Apalagi kalau mereka adalah
orang-orang yang hidupnya begitu efektif dan produktif melayani Allah.
Orang-orang seperti ini adalah target utama yang harus iblis taklukan.
Bagi Iblis mereka harus dibungkam dan ditaklukan. Yah, setidaknya dibungkam
agar mereka berhenti merebut jiwa-jiwa yang terhilang. Ditaklukkan agar
mereka suatu saat tersandung dan kemudian meninggalkan Tuhan.
Dari masa ke masa Iblis menyusun strategi
yang taktik yang jitu untuk menyerang dan menaklukkan musuh-musuhnya.
Salah satu strategi yang dikenalkan Paulus pada perikop ini dapat disebut
dengan istilah “strategi mata koin”. Disebut “mata koin” karena dalam
strategi ini iblis menerapkan sekaligus dua taktik ampuh yang mematikan:
1. Tipu Muslihat
Di ayat 11b Paulus mengungkapkan bahwa
Iblis menggunakan tipu muslihat untuk
menjebak dan menjerumuskan orang percaya. Ia sangat ahli dalam hal
memanipulasi. Iblis memang tidak mahatahu, tetapi ia tahu lebih banyak
daripada manusia. Ia tahu benar apa yang menjadi isi hati dan pikiran
manusia. Ia tahu benar apa yang menjadi kelemahan-kelemahan manusia, apa
yang menjadi kebutuhan-kebutuhan manusia. Ia sangat getol memperkenalkan
kata “kompromi” kepada dosa yang abu-abu. Ia tahu benar bagaimana
mengalihkan fokus seseorang kepada dunia dan kepuasan diri. Ia tahu benar
bagaimana caranya mengadu domba anggota gereja. Ia amat pandai mengelola
kemarahan menjadi kebencian yang mematikan. Ia juga menciptakan
doktrin-doktrin dan ideologi sesat. Ia tahu benar bagaimana mengintimidasi orang-orang
percaya, membuat orang-orang percaya merasa tidak pantas, tidak berharga, tidak
mampu melayani Allah. Berulang kali ia menyamarkan istilah kenyamanan
dengan istilah “berkat”, sehingga membuat orang-orang percaya secara perlahan
mulai lupa bahwa ia dipanggil untuk mencari jiwa yang hilang. Bahkan
Iblis tahu benar bagaimana menyulap pergumulan, sakit penyakit atau kekurangan
– menjadi benih-benih keraguan akan Allah. Itulah Iblis. Ia punya
gelar Ph.D dalam hal manipulasi.
Paulus sendiri sudah memiliki segudang
pengalaman mengenai tawaran-tawaran semu si penipu ulung: kenikmatan dosa,
pengajaran-pengajaran palsu, kenyamanan dunia, kekayaan, jabatan, popularitas,
intimidasi dan trik-trik jitu lainnya yang amat kreatif. Inilah taktik iblis
yang pertama, “tipu muslihat”. Perlahan tetapi mematikan.
Memanipulasi keadaan sehingga kalau seseorang tidak berhati-hati, ia akan
terjebak dan terjerat.
2. Tekanan
Sebagai makhluk supranatural, Iblis miliki
kuasa yang jauh melebihi kuasa manusia biasa. Di ayat 12 Paulus
menggambarkan bagaimana makhluk ini mampu menunggangi pemerintah, penguasa,
penghulu dunia untuk menyerang orang-orang percaya. Dengan kapasitasnya,
ia mampu menunggangi siapapun untuk dijadikan “bom atom” menyerang orang
percaya. Iblis menunggangi pihak-pihak tertentu untuk menentang,
menyerang dan menganiaya orang-orang percaya. Di dalam sejarah dunia
tentu kita dapat melihat bagaimana pemerintahan dan pemimpin-pemimpin tertentu
ditunggangi sedemikian rupa sehingga orang-orang percaya dianiaya. Kita
juga dapat melihat bagaimana Iblis menggunakan ideologi tertentu agar
orang-orang percaya harus menderita, masuk penjara, dan mati karena
imannya. Iblis mampu memperdaya siapa pun bahkan termasuk orang-orang
terdekat (anggota keluarga) untuk menekan pengikut Tuhan. Iblis memang
tidak mahakuasa, tetapi ia cukup mampu untuk menciptakan situasi tertentu untuk
menyudutkan orang-orang percaya.
Paulus juga sudah mengalami sendiri apa itu
tekanan. Ia pernah disesah, dipenjara, kelaparan, kedinginan dan semua
itu ia alami hanya karena mempertahankan imannya.
Inilah “strategi mata koin” yang begitu
ampuh dan mematikan. Sisi yang satu adalah tipuan, yang lain adalah
tekanan. Menghancurkan orang percaya melalui dusta dan tekanan
penderitaan.
Strategi
Orang Percaya
Dalam perikop ini Paulus meneriakkan sebuah
kata: “bertahanlah”. Dalam perikop ini, kata yunani “stenai” yang artinya berdiri/bertahan diucapkan Paulus sebanyak
empat kali. Ini sudah cukup menjadi bukti bahwa pesan utama dari perikop
ini adalah agar orang-orang percaya terus bertahan menghadapi serangan iblis.
Tentu setiap orang ingin bertahan, siapa
yang mau kalah. Tetapi permasalahannya semua orang juga tahu, iblis
bukanlah tandingan yang seimbang orang percaya. Karena itu, setiap kita
yang ingin bertahan sampai akhir di dalam peperangan harus menggunakan dua
prinsip yang Paulus bentangkan dalam bagian ini.
1. Bersandar
kepada Tuhan
Di ayat 10 Paulus mengatakan, “hendaklah
kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya”. Dalam frasa ini
kita menemukan pernyataan eksplisit bahwa Allah sendirilah yang akan memberikan
kekuatan bagi orang-orang percaya untuk bertahan. Dan bagaimana orang
percaya bisa memperoleh kekuatan itu? Ketika mereka hidup di dalam
kesatuan dengan Allah. Ketika Roh Kudus menguasai hidup mereka.
Orang-orang percaya sangat terbatas dan memiliki banyak kelemahan yang rentan
untuk diserang oleh Iblis, tetapi ketika orang percaya menempatkan dirinya di
dalam tangan Allah yang Maha tidak terbatas, orang-orang percaya dimampukan
untuk bertahan. Kunci pertama agar orang percaya dapat bertahan adalah
dengan bersandar penuh kepada Tuhan.
2. Mengenakan
Perlengkapan Senjata Allah
Seorang prajurit memahami
pentingnya menggunakan perlengkapan perang sebelum melangkah maju ke medan
perang. Ini bukan hanya demi keselamatan diri
sendiri, tetapi untuk kemenangan peperangan.
Paulus yang hidup pada zaman kekuasaan Romawi, mengenal perlengkapan seorang prajurit Romawi. Seperti seorang prajurit Romawi dengan senjatanya yang lengkap, demikian pula Allah menyediakan kelengkapan persenjataan-Nya untuk jemaat, baik senjata untuk bertahan maupun untuk menyerang. Dengan kiasan, Paulus menasihati jemaat agar mempergunakan seluruh perlengkapan senjata rohani dalam menghadapi musuh yang tidak kelihatan.
Paulus yang hidup pada zaman kekuasaan Romawi, mengenal perlengkapan seorang prajurit Romawi. Seperti seorang prajurit Romawi dengan senjatanya yang lengkap, demikian pula Allah menyediakan kelengkapan persenjataan-Nya untuk jemaat, baik senjata untuk bertahan maupun untuk menyerang. Dengan kiasan, Paulus menasihati jemaat agar mempergunakan seluruh perlengkapan senjata rohani dalam menghadapi musuh yang tidak kelihatan.
Pentingkah perlengkapan senjata rohani? Apa
perbedaan antara kita menggunakannya dan tidak? Apakah itu cukup kuat menolong
kita berjuang melawan dosa? Apakah harus menggunakan semuanya? Apa tidak cukup
kalau kita menggunakan sebagian dan tidak menggunakan yang lain? Apa untungnya
kita menggunakan perlengkapan ini?
Perhatikan 2 ayat ini :
Ayat 11: “Kenakanlah seluruh senjata
Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu daya
Iblis”.
Ayat 13: “Sebab itu ambilah seluruh perlengkapan
senjata Allah supaya kamu dapat mengadakan
perlawanan pada…..”
Ayat 11 menggambarkan tindakan pasif
(bertahan) dan ayat 13 menggambarkan tindakan yang aktif (Mengadakan
perlawanan). Yang menarik dari kedua ayat itu, baik bertahan maupun mengadakan
perlawanan, ternyata Paulus tetap memberi pesan untuk mengenakan seluruh perlengkapan
senjata Allah. Apa artinya? Artinya dalam perjuangan kita melawan kuasa Iblis,
aspek bertahan dan menyerang merupakan satu kesatuan. Kita tidak akan bisa
menang hanya dengan bertahan. Tapi kita tidak mungkin menang juga hanya dengan
menyerang tanpa berpikir untuk bertahan. Dalam peperangan-peperangan, maupun
dalam pertandingan olahraga seperti sepakbola, aspek menyerang dan bertahan
harus dijalankan bersama jika kita ingin menang.
Berikatpinggangkan kebenaran (ayat 14)
Apa maksudnya? Kenapa kebenaran dipakai
sebagai ikat pinggang? Apa manfaat ikat pinggang?
Ikat Pinggang menjaga agar pakaian tetap
pada posisinya. Bayangkan kalau celana longgar dan tiba2 jatuh? Bukankah itu
mempermalukan? Bukan hanya mempermalukan, tapi itu akan sangat mengganggu kita
dalam pertempuran. Dari sini bisa diambil kesimpulan, kebenaran membuat sesuatu
tetap pada posisi yang seharusnya. Justru ketika kita tidak mengenakan
kebenaran, akibatnya bisa saja mempermalukan diri kita sendiri. Ikat pinggang
yang tidak terpasang dengan benar, bisa mengacaukan “Baju Zirah”. Dan tentu
saja akan menghambat kita dalam peperangan rohani.
Ikat Pinggang berpengaruh pada
kerapian/penampilan. Ketika kita mempertahankan kebenaran, itu akan terlihat di
mata orang. Pasti orang akan melihat perbedaannya. Dan itu mempengaruhi cara
orang memandang diri kita dan memandang Kristus.
Ikat Pinggang memberi rasa nyaman pada
pemakai. Seharusnya ketika kita melakukan kebenaran, justru kita merasa nyaman.
Karena kita melakukan kehendak yang seharusnya. Dunia saat ini seolah-olah
telah terbalik. Ketika kita melakukan yang benar, justru kita dianggap aneh.
Bukankah kita sering mendengar istilah “semua orang juga melakukannya?” Saat
ini banyak sekali daerah abu-abu. Akhirnya ketidakbenaran menjadi sesuatu yang
lumrah. Misalkan seks bebas menjadi sesuatu yang lumrah. Akibatnya, orang-orang
yang berusaha menjaga kekudusan seksualnya seringkali justru merasa “tidak
nyaman”, karena kata-kata “semua orang juga melakukannya”. Aneh
bukan?
Berbajuzirahkan keadilan (ayat 14)
Apa manfaat Baju Zirah?
Yang terutama adalah melindungi diri kita
dari senjata lawan. Apa kaitannya dengan keadilan? Apa makna adil? Adil tidak
selalu berarti sama untuk semua orang, tapi lebih tepat masing-masing orang
memperoleh sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Apa bahayanya jika kita
tidak melakukan keadilan? Apa dengan tidak melakukan keadilan kita jadi lebih
mudah diserang oleh iblis? Mungkin secara tidak langsung. Kita sebagai orang
Kristen ngomong mengenai keadilan tapi tidak berlaku demikian, bukankah tidak
menjadi kesaksian? Tapi itu dampak tidak langsung. Mungkin juga dalam arti
lain. Ketika kita tidak berlaku adil, memancing permusuhan diantara orang-orang
yang seharusnya kita perlakukan adil. Akhirnya iblis bisa merusak banyak hal.
Contohnya perlakuan yang berbeda Abraham terhadap Ismail dan Ishak, perlakuan
berbeda Ishak terhadap Esau dan Yakub, perlakuan berbeda Yakub terhadap Yusuf
dan saudara-saudaranya, ternyata berpengaruh, bahkan sampai zaman sekarang.
Dimulai dari ketidakadilan, mengakibatkan permusuhan, bahkan peperangan turun
temurun. Jadi hati-hati terhadap tindakan kita. Karena kita tidak tahu betapa
besar dampak yang bisa dihasilkan dari ketidakadilan.
Ketidakadilan sangat berpotensi merusak
persekutuan Kristen. Itu bisa menjadi titik lemah bagi serangan iblis untuk
mengacaukan semuanya.
Kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil Damai Sejahtera (ayat 15)
mungkin ini yang paling jelas. Kenapa
bagian memberitakan injil diumpamakan sebagai kasut? Dengan kata lain alas
kaki? Bayangkan kalau dalam tiap langkah hidup kita selalu ada jejak-jejak
pemberitaan injil itu? Kaki untuk berjalan. Memberitakan injil membutuhkan
keberanian untuk berjalan. pergi. Tapi kenapa bukan diibaratkan dengan mulut
tapi dengan kaki? Padahal memberitakan injil bisa lewat mulut? Tidak juga.
Artinya jauh lebih dalam ketika diletakan pada kaki. Kemanapun orang
Kristen melangkah, seharusnya ada jejak-jejak pemberitaan injil. Kalau mulut,
ada pilihan untuk digunakan atau tidak. Sedangkan kaki? Pilihannya 1.
meninggalkan jejak. Meninggalkan jejak tidak selalu berarti kita harus
berkata-kata tentang Kristus kepada siapapun yang kita temui. Tapi apakah lewat
kehadiran kita orang lain bisa melihat “jejak Kristus” itu? Apakah ada
perbedaan yang akhirnya membuat orang-orang bertanya-tanya, apa yang
menyebabkan kita “berbeda”? Dan tentu saja akan jadi kesaksian kalau mereka
tahu bahwa kita adalah Kristen. Pengikut Kristus.
Perisai Iman (ayat 16)
Perisai, sesuai dengan fungsinya untuk
melindungi dari serangan musuh. Iman di sini ditempatkan sebagai perisai yang
mampu melindungi dari serangan iblis. Bagaimana caranya iman bisa melindungi? Misalnya
ketika kita jatuh dalam dosa, seringkali kita merasa tidak layak untuk datang
kepada TUHAN. Pada kondisi seperti itu iblis bisa saja mengintimidasi kita
untuk tidak datang, dan akhirnya makin jauh dari TUHAN. Tapi ternyata lebih
baik kalau kita tetap datang dan mengakui di hadapan TUHAN, serta memiliki iman
bahwa Dia akan mengampuni kita, disertai komitmen untuk kembali berjalan pada
kehendak-Nya. Tapi apa hanya itu? Itu kondisi ketika kita sudah jatuh. Coba
lihat teladan Kristus. Kenapa Yesus mampu mengalahkan serangan Iblis? Apa
sekedar karena pengetahuan akan firman TUHAN? Tidak. Pengetahuan akan firman
TUHAN memang membantu. Tapi itu bukan satu-satunya kunci kemenangan Kristus.
Kunci kemenangan Kristus ada pada iman-Nya, sehingga menjadi kuat untuk
bertahan atas serangan iblis. Yesus bertahan dalam iman.
Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh (Ayat 17)
“Dan terimalah ketopong keselamatan dan
Pedang Roh, yaitu Firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah
setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu dengan permohonan
yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus”
Apa fungsi ketopong? Melindungi bagian yang
mengontrol segala sesuatu dari tubuh. Kepala. Apa artinya? Ketika kamu belum
mengenakan ketopong itu, jangan berharap kamu bisa mengontrol dengan baik
perilaku tubuhmu dan keingingan-keinginanmu, karena dosa masih menguasai kita.
Artinya dengan menerima keselamatan dalam Kristus, merupakan modal awal yang
berharga untuk menang terhadap kuasa iblis. Mana mungkin orang yang belum
selamat bisa menang terhadap iblis?
Bagaimana dengan pedang Roh? Di sini yang
menjadi pedang Roh adalah firman Allah, doa dan permohonan. Firman Tuhan
menjadi kekuatan yang sangat berharga untuk bertahan dan menyerang seperti
pedang. Ingat, Tuhan Yesus dalam pencobaan di padang gurun selalu menjawab tipu
daya iblis dengan firman Tuhan.
Doa Yang Tak Putus-putus (Ayat 18-20)
Bukan hanya firman saja. Tapi juga doa dan
permohonan. Di sini dikatakan doa dan permohonan yang tidak putus-putus. Jadi
senjata untuk menyerang balik iblis adalah firman TUHAN dan doa. “Berdoalah setiap waktu didalam Roh”.
Setiap waktu? Apa artinya selalu? ya. Tentu saja. Iblis selalu menunggu waktu
yang tepat untuk menyerang. Kalau kita tidak selalu siap, pasti mudah untuk
diserang. Berdoa di dalam Roh, ini bukan doa di dalam bahasa roh/lidah! Ini
adalah doa yang dipimpin oleh Roh (bdk. Roma 8:26).
“berjaga-jagalah
di dalam doamu dengan permohonan yang tak putus-putus untuk segala orang kudus.” ini pentingnya
mendoakan orang-orang dalam komunitas rohani. Perlu disadari senantiasa bahwa
perang ini tak bersifat individe. Kita tak bisa tidak mempedulikan orang
Kristen yang lain. Jadi, kita harus saling mendoakan!
Rasul Paulus juga minta didoakan. Jelas
bahwa hamba Tuhan adalah manusia biasa yang lemah, yang bahkan mendapatkan
banyak serangan setan, sehingga harus selalu didoakan! Apakah saudara berdoa
untuk hamba Tuhan?
Rasul Paulus minta didoakan supaya: Berani dan Diberi kata-kata yang benar dari Tuhan.
Dua-duanya penting untuk hamba Tuhan. Ada
hamba Tuhan yang berani, tetapi memberitakan yang salah atau tak jelas. Ada
hamba Tuhan yang bisa memberitakan yang benar dengan jelas, tetapi tak punya
keberanian untuk memberitakan. Ini sia-sia! Doakan supaya setiap hamba Tuhan di
gereja mempunyai dua hal itu!
Refleksi
Semua perlengkapan senjata rohani sudah
Allah sediakan. Tugas kita hanyalah mengenakannya. Seorang
Prajurit yang belum terlatih dan belum pernah berperang, tentulah merasa takut
saat disuruh maju untuk perang walaupun ia telah dibekali berbagai senjata,
kenapa? Sebelum ia maju berperang ia perlu berlatih dahulu, ia perlu mengenal
senjata yang akan dipakainya dengan baik, dan ia perlu tahu juga apa kelebihan
dan kekuatan musuhnya. Semakin banyak jam terbang atau pengalaman berperang
maka prajurit tersebut akan semakin mahir berperang.
Untuk mengenakan kebenaran tentu kita perlu mengerti kebenaran Allah dan menghidupi kebenaran itu. Untuk mengenakan keadilan tentu kita perlu terus menerus mengoreksi hati, pikiran dan tindakan kita. Untuk mengenakan berita injil tentu kita perlu memberitakan keselamatan kepada setiap orang. Untuk mengenakan iman tentu kita perlu berserah di dalam doa. Untuk mengenakan keselamatan tentu kita perlu mengingat karya Kristus di kayu salib. Dan untuk mengenakan Firman tentu kita harus mengerti dan menguasai Alkitab dengan benar. Secara sederhana mengenakan perlengkapan senjata Allah artinya memiliki kerohanian yang sehat, dan itu diperoleh dari disiplin rohani yang baik. (doa, saat-teduh, ibadah pribadi, ibadah persekutuan, PA, Seminar dan Kursus Alkitab, dll)
Peperangan rohani yang kita alami ini
seringkali terjadi di dalam hati, kehendak, dan pikiran kita. Namun ada kalanya
pula kita mengalami peperangan secara fisik, dalam arti berhadapan dengan kuasa
gelap yang menganggu kesehatan kita. Kuasa gelap dari Iblis itu mencoba untuk
berperang melawan kesehatan yang Allah berikan secara utuh kepada kita. Kita
diganggu dengan sakit penyakit atau kelemahan-kelamahan tubuh lainnya. Ini
semua adalah usaha iblis untuk melawan dan mengalahkan kita secara fisik. Barangkali
juga peperangan secara fisik dapat berupa pergumulan yang kita hadapi dalam
kehidupan mata pencaharian atau ekonomi kita. Kita menghadapi suatu perlawanan
dimana semestinya kita mendapatkan kehidupan mata pencaharian dan rezeki yang
wajar, namun tiba-tiba saja kita harus bersaing dengan cukup keras.Hal ini
kadangkala menyebabkan kebanyakan pedagang atau pengusaha kemudian berpikir
begini, “ Lebih baik jadi pendeta saja, pasti tidak banyak musuhnya !” Tetapi
sekali lagi harus diingat, bahwa peperangan rohani yang sebenarnya kita hadapi
bukanlah melawan darah dan daging atau manusia, melainkan penguasa-penguasa
kegelapan yang seringkali menunggangi dan menggunakan manusia sebagai alatnya.
Peperangan rohani itu harus dihadapi oleh
jemaat karena orang percaya ada diantara dua kekuatan yang saling bertentangan,
kuasa Allah dan kuasa iblis, dan orang percaya tidak bisa netral, harus memilih
dipihak mana. Iblis dengan hirarkinya harus dihadapi dengan cara Allah,
sebagaimana Allah telah menghadapinya. Peperangan rohani pasti dialami oleh
setiap orang percaya yang sungguh-sungguh. Bila orang percaya tidak pernah
mengalami peperangan rohani, bisa jadi tanpa disadarinya ia telah salah
memihak. Tapi bila mengalami peperangan rohani yang harus kita hadapi, tidak
perlu takut karena Allah telah memberikan lengkap senjata-Nya, tinggal kita mau atau tidak mengambil dan mengenakannya. Percayalah, kelengkapan senjata
Allah itu disertai kuasa yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng dan
merubuhkan setiap kubu, maka kenakanlah itu (2 Korintus 10:4-5).
Sebagai prajurit Kristus mari kita lebih
waspada terhadap musuh kita si iblis, terutama terhadap tipu muslihatnya. Hawa
jatuh ke dalam dosa karena tipu muslihat iblis.
Ilustrasi
Sekitar awal 19
seorang pemuda bernama William Borden
mendapatkan sebuah hadiah kelulusan berupa tiket keliling dunia dan sebuah Alkitab
dari sang ayah. Keliling dunia pada waktu itu tentu merupakan kesempatan
yang langka, apalagi bagi seorang anak muda. Dalam perjalanan panjang
dengan kapal laut, Borden membaca Alkitabnya dan waktu itu ia mengalami
perjumpaan pribadi dengan Allah. Di saat yang bersamaan ia menemukan panggilan
hidupnya untuk menjadi seorang misionaris. Sejak saat itu ia memberikan
hidupnya dan berkomitmen menjadi seorang laskar Kristus. Di kapal itu ia
membuka Alkitabnya di halaman paling belakang dan menulis sebuah kalimat
pertama: “Tidak Ada Pilihan”.
Tahun 1905 ia masuk
kuliah. Di kampus ia begitu bersemangat mengajak teman-temannya untuk bertobat
dan melayani Tuhan. Sehingga ia mengalami banyak cibiran dari teman-teman
kuliahnya. Tetapi ia tidak mundur. Bahkan disitulah ia mendapat
panggilan yang semakin jelas untuk melayani orang yang tidak percaya di Kansu, China.
Setelah lulus
wisuda, selain ditawari untuk mewarisi perusahaan sang ayah, Borden menerima
banyak tawaran pekerjaan dengan gaji selangit. Masa depannya begitu
cerah. Tetapi ia menetapkan hati mentaati Allah menjadi misionaris,
sekalipun ia tahu kehidupannya akan sangat sulit. Waktu itu ia membuka
alkitabnya di halaman akhir dan kemudian menulis kalimat yang kedua “Tidak Ada
Kata Mundur.”
Setelah lulus kuliah
dengan nilai yang gemilang, Borden melanjutkan studinya di sekolah teologi
Princeton Seminary. Ia menyelesaikan study teologinya dengan sangat baik.
Dan setelah diwisuda ia segera melakukan perlayarannya ke China. Borden
tahu ia akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak seiman. Maka di tengah
pelayarannya ia berhenti terlebih dahulu di Mesir bermaksud untuk belajar
bahasa Arab. Tetapi hal yang tidak terduga terjadi. Di Arab ia
terkena radang otak. Penyakitnya sangat mematikan. Dalam sebulan,
Borden muda meninggal di usia 25 tahun karena radang otak. Borden
meninggal bahkan sebelum ia sempat melayani di China.
Apakah Borden pernah
menyesali pilihannya untuk bertahan menjadi prajurit Kristus? Tidak sama
sekali! Sebelum kematiannya, dalam penyakit yang mengerikan Borden membuka Alkitabnya
di halaman terakhir dan menulis kalimatnya yang ketiga. Di bawah
kalimat-kalimat yang ia pernah tulis: “tidak ada pilihan”, “tidak ada kata
mundur”, Borden menulis kalimat terakhirnya “Tidak Ada Penyesalan”.
Border memberikan teladan
hidup mengenai seni bertahan. Sekalipun ia mengalami serangan yang
bertubi-tubi dalam hidupnya, tawaran dunia akan masa depan yang sangat nyaman,
cibiran teman-teman kuliahnya, ladang pelayanan yang sulit, dan bahkan penyakit
mematikan, Border bisa bertahan sampai akhir. Kenapa? Karena saya
percaya, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sekaligus ia selalu
berusaha untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat.
Penutup
Agenda Iblis sampai hari ini adalah
menjatuhkan kita, karena kita adalah hamba Tuhan, anak-anak Tuhan yang giat memenangkan
jiwa. Iblis akan menipu kita. Iblis akan menekan kita agar kita
berhenti untuk melayani Tuhan, keluar dari jalan panggilan, dan bahkan berharap
kita meninggalkan Tuhan. Tetapi nasihat Firman Tuhan berkata:
“Bertahanlah”! Jangan menyerah! Bersandar terus kepada Tuhan.
Usahakan terus kehidupan rohani yang sehat, berdoa, bersaat-teduh, PI, bible
reading, PA pribadi! Dengan demikian, kita pasti akan menjadi hamba-hamba
Tuhan yang efektif bagi Kerajaan Allah, menjadi hamba-hamba Tuhan yang
menyenangkan hati Allah, hamba Tuhan yang berkenan, dan memuliakan Allah.
Source : http://pdtanthonytobing.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar