2 Raja-Raja 2:1-12
Anugerah Pelayanan Berlanjut Dari Elia Ke Elisa
Pendahuluan
Elia
adalah guru, pembimbing, mentor Elisa. Selama bertahun-tahun Elisa
mengikuti Elia, melihat dan belajar dari dia. Dia melihat Elia melakukan
mukjizat, menyelesaikan debat, membawa rekonsiliasi. Elia telah
menghabiskan waktunya bertahun-tahun melatih dan mempersiapkan Elisa
sebagai pengantinya sampai waktu ketika Elisa akan mengambil jubah
kepemimpinannya.
Elia
adalah nabi yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Banyak rencana dan
karya Tuhan terjadi melalui dirinya, seperti bernubuat supaya hujan
turun dan tidak turun (1 Raj 17:1, 18:41-46), menegur penguasa tinggi,
raja Ahab (1 Raj 18), mengalahkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raj
18:20-40) dan lain sebagainya.
Elisa
adalah tipe orang yang setia dan patuh, Ia setia kepada seniornya,
pembimbingnya, mentornya, gurunya. Dalam hal ini, Elia merasa senang,
karena dia merasa tidak salah pilih (1 Raj 19:19-21). Kesetiaan Elisa
tampak dalam peristiwa perjalanannya dengan Elia, ada 3 kali Elia hendak
meninggalkan Elisa, tetapi Elisa tetap bersikeras harus tetap mengikuti
Elia, hingga Elia pergi berangkat ke sorga, sesuai dengan perintah
Tuhan Allah.
Penjelasan
Kabar
keberangkatan Elia ke surga dalam angin badai tampaknya sudah menjadi
pengetahuan umum di kalangan komunitas kenabian. Rupanya kenaikan Elia
ke surga ini sudah diberitahukan lebih dulu, baik kepada Elia, Elisa
maupun rombongan nabi di Betel dan Yerikho (ay 1,3,5,10).
Elia
berusaha untuk meninggalkan Elisa (ay 2,4,6). Ini dimaksudkan untuk
betul-betul mendapatkan kesendirian, atau untuk mengetest kesetiaan
Elisa. Tiga kali Elia berusaha melakukan hal ini, dan tiga kali pula
Elisa menolak untuk ditinggalkan (ay 2,4,6). Dalam keadaan normal
seorang pelayan harus menuruti majikannya, tetapi dalam perikop ini,
Elisa, yang tahu bahwa itu adalah saat-saat terakhir ia bisa bersama
tuannya (ay 3b,5b), menolak untuk ditinggalkan. Jelas Elisa lebih
memilih untuk tetap bersama Elia. Ia terus menempel ke Elia saat mereka
melakukan perjalanan, mungkin terlihat menyedihkan tetapi hal ini
mengungkapkan keintiman hubungan mereka, yang melampaui hubungan
ayah-anak (ay 12).
Di
dua lokasi, rombongan nabi (para murid nabi) bertanya pada Elisa
tentang keberangkatan Elia (ay 3, 5). Jawaban Elisa atas pertanyaan ini
kasar, mencerminkan ketegangan emosionalnya akan suatu perpisahan.
Akhirnya,
mereka mencapai perjalanan akhir. Di sungai Yordan, sekarang saatnya
bagi Elia untuk menyeberang. Sekali lagi Elia mencoba untuk mencegah
Elisa mengkutinya, tetapi lagi-lagi, Elisa bersikeras bahwa ia akan
tetap mengikuti Elia. Di seberang Sungai Yordan, pada saat-saat
terakhir keberadaan Elia di bumi. Elia berkata kepada anak didiknya yang
masih muda itu, "Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu." Jawab Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."
Banyak
penafsir menganggap bahwa Elisa meminta kuasa dua kali lipat dari apa
yang dimiliki oleh Elia, dan bahkan mereka lalu membuktikan bahwa Elisa
melakukan mujijat dua kali lebih banyak dari Elia. Tetapi ini merupakan
penafsiran yang salah. Alasannya, Elisa tidak pernah menjadi dua kali
lebih hebat dari Elia, bahkan Elisa tidak pernah bisa menyamai Elia.
Bahwa Elia tetap lebih besar dari Elisa, juga terlihat dari fakta bahwa
yang muncul bersama Yesus pada waktu pemuliaan di gunung adalah Musa dan
Elia, bukan Elisa (Mrk 9: 4).
Lalu
apa artinya permintaan ini? Ini dihubungkan dengan Ulangan 21:17, yang
mengatakan bahwa anak sulung diberi warisan dua bagian, atau dua kali
lipat dari anak yang lain. Jadi, Elisa rupanya menganggap bahwa Elia
mempunyai banyak anak rohani (ini mencakup nabi-nabi di Betel dan
Yerikho), dan ia meminta warisan sebagai anak sulung. suatu ‘bagian
dobel’ dari roh Elia, bukan suatu kuasa yang lebih besar dari yang
dimiliki Elia, tetapi bagian yang diberikan kepada anak tertua yang
menggantikan posisi ayahnya.
Permintaan
ini tidak menunjukkan ketamakan, karena tamak atau tidaknya tergantung
dari motivasi Elisa. Kalau ia meminta hal itu demi kemuliaan Tuhan, maka
tentu itu bukan ketamakan. Bahkan kalau seseorang meminta ‘hal duniawi’
seperti mobil, asalkan motivasinya untuk kemuliaan Tuhan, maka itu
bukan suatu ketamakan.
Elia tahu bahwa bukanlah haknya untuk memberikan apa yang Elisa minta. Jadi dia berkata, "Yang
kau minta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku
terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian,
dan jika tidak, tidak akan terjadi." Dengan kata lain, Elisa
meminta sesuatu yang Elia tidak bisa berikan sebab hal itu adalah
pemberian Allah. Elisa meminta semangat yang ada dalam diri Elia, yang
membuatnya menjadi nabi terbaik dalam sejarah Yahudi, yaitu semangat
yang berasal dari Allah. Kuasa dari Allah yang memberinya kemampuan
untuk melakukan mukjizat. Kuasa dari Allah yang memberinya suara untuk
berbicara tentang kebenaran kepada penguasa dunia. Kuasa dari Allah yang
memberi Elia kebijaksanaan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan. Kuasa
dari Allahlah yang bekerja melalui Elia, yang membawa gairah dan kasih
sayang yang melimpah dalam pelayanannya.
Elisa
meminta semangat, bukan sebagai hadiah atau lencana kehormatan, tetapi
karena ia membutuhkannya untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Dia
membutuhkan itu dalam rangka untuk menjadi pemimpin dalam
komunitasnya. Dia membutuhkannya untuk membawa kesembuhan dan kasih
sayang bagi orang di sekitarnya. Ia membutuhkan semangat pelayanan agar
ia bisa memenuhi misinya.
Melalui
perikop ini jelas kelihatan bahwa Elisa adalah figur yang sangat cocok
dan tepat menjadi pengganti Elia, memimpin bangsa Israel. Elisa setia,
serius, sungguh-sungguh, dan gigih berjuang. Kesungguhan Elisa menjadi
pelayan itu terbukti sebab ia memenuhi syarat untuk memiliki kuasa atau
wibawa Elia melalui ‘dapat melihat Elia berangkat ke sorga’ dengan
kereta berapi dan kuda berapi. Ini menjadi suatu legitimasi dari Allah
sendiri, bahwa ia benar-benar disetujui dan dipilih Allah sebagai
pengganti Elia.
Selanjutnya
Elisa memiliki kompetensi seperti Elia, sanggup melakukan apa yang
telah dilakukan oleh Elia yakni melakukan tanda mujijat (ay 14).
Legimitasi berikutnya adalah dari teman-temannya nabi yang lain
(manusia), dimana teman-temanya itu melihat semua kejadian itu dengan
jelas dari jarak tertentu (ay 15).
Refleksi
Kisah
Elia dan Elisa dalam perikop ini berbicara tentang bimbingan dan
transisi kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses
transisi, suksesi dan kelangsungan tugas kenabian sangat menentukan
sukses tidaknya sebuah pelayanan. Dari sini kita belajar bahwa sebaiknya
hubungan senior dengan junior adalah hubungan yang saling membangun,
bukan hubungan yang saling bersaing dan sikut-menyikut. Terlebih dalam
hal suksesi kepemimpinan (periodeisasi) di tengah-tengah jemaat maupun
organisasi lainnya.
Kita
juga belajar dari Elisa tentang bagaimana ia belajar dan mengikuti
orang yang lebih berpengetahuan dan lebih bijaksana. Permintaan Elisa
untuk "dua bagian roh" adalah tentang warisan rohani yaitu semangat
pelayanan bukan kekuasaan. Dia ingin melanjutkan pelayanan Elia dan
bukan memulai model pelayanan yang ia ciptakan sendiri. Ini merupakan
sebuah pelayanan yang dilakukan dalam kerendahan hati.
Dalam
hidup kita ini, kita memiliki peran sesuai dengan talenta dan
pekerjaan kita masing-masing. Baiklah kita tetap setia memberikan yang
terbaik bagi Allah melalui talenta dan pekerjaan kita tersebut. Elisa
setelah terpilih untuk menggantikan posisi Elia maka ia memberikan
dirinya sepenuhnya untuk melayani dengan tulus, sepenuh hati dan penuh
kesetiaan.
Percayalah,
jika Allah memanggil kita untuk suatu tugas pelayanan, Allah akan
memberikan semangat dan kasih karunia kepada kita untuk
melakukannya. Ingatkan diri Anda bahwa semua pelayanan yang Anda lakukan
bisa menjadi persembahan yang harum bagi Allah.
http://goo.gl/SM7J3K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar