Menyenangkan Hati Allah
Pelayanan terbaik rumah sakit tentu akan memuaskan dan menyenangkan hati para pasien, termasuk keluarganya. Kualitas pelayanan ini yang menentukan tingkat loyalitas para pasien pada rumah sakit. Siapa sih yang mau diperlakukan tidak baik padahal mereka harus bayar untuk perlakuan tersebut? Sekalipun pasien mengandalkan fasilitas kesehatan dari pemerintah yang memiliki maksud terbaik, siapa juga yang mau dirinya dilayani oleh pihak yang memiliki maksud terburuk? Tidak ada yang mau.
Namun Allah juga turut merasakan pelayanan terbaik dari siapa pun dan untuk siapa pun, sebenarnya. Yesus pernah menyinggung ini dalam ceritanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40) Tentu Tuhan tidak bermaksud bahwa pelayanan terburuklah yang Ia harapkan dari orang-orang yang melayani. Justru pelayanan terbaiklah yang Tuhan inginkan. Itu sebabnya saya pernah berpesan pada adik saya yang sekarang ini melayani sebagai dokter untuk melayani pasien seperti sedang melayani Allah.
Paulus dalam perikop Khotbah Minggu ini dalam 1 Tesalonika 2:1-8, khususnya ayat 4 juga menyinggung kembali penekanan di atas. Dan lagi dalam perikop ini Paulus menegaskan kembali beberapa aspek lain yang juga terkait dengan Matius 25:40 tersebut:
1. ALLAH YANG MENGUTUS UNTUK MELAKUKAN TUGAS PEKERJAAN DAN PELAYANAN DI DUNIA INI.
Barangkali orang akan lebih mudah berpikir bahwa karir dan pekerjaannya itu berasal dari inisiatif dan keinginannya sendiri. Namun tidak demikian adanya. Ini bukan soal cita-cita rasul Paulus atau pun keinginan orang atas dirinya. Paulus bahkan tidak membayangkan bahwa dia akan menjadi orang percaya. Cita-citanya waktu itu adalah memberangus orang Kristen. Dan maksud yang keluar darinya itu akhirnya dicampakkan karena Allah telah ‘memberangusnya’. Keinginan dan cita-cita pribadi digantikan dengan keinginan dan kehendak Allah.
2. KITA MELAYANI UNTUK MENYUKAKAN HATI ALLAH.
Pelayanan utamanya bukan untuk menyenangkan hati manusia. Ritme dan kualitas pelayanan ditentukan untuk tujuan menyenangkan hati Allah. Apakah isi hati manusia? ia memiliki begitu banyak keinginan dan maksud yang bertentangan dengan Allah. Bagaimana mungkin ketika kita berusaha menyenangkan hati manusia juga akan menyenangkan hati Allah? Dengan demikian, sekalipun melayani sesama adalah juga melayani Allah, tetapi menyenangkan hati sesama belum tentu juga menyenangkan hati Allah.
3. CARA KITA MELAYANI JUGA SETURUT DENGAN CARA ALLAH MELAYANI.
Ketika pekerjaan dan pelayanan di utus oleh selain Allah, maka maksud, tujuan, motivasi, kualitas dan teknis melakukan pekerjaan dan pelayanan akan dapat kita duga. Gembala upahan akan bergiat saat ada mandor dan upah yang baik untuk pekerjaan mereka. Tapi ketika situasi mulai berbahaya, domba-dombanya akan ditinggal sendirian menghadapi bahaya. Namun gembala yang baik akan bekerja dengan hati dan kasih sayang, “seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya”. Seorang ibu dengan kasih sayang yang besar akan merelakan hidupnya bagi anak-anaknya. Demikian juga yang kelihatan dalam apa yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Hendaklah kita bekerja dan melayani dengan cara demikian.
Mari, layanilah sesama seperti melayani Allah – dengan cara mana Ia melayani kita. Itu perintahNya, itu menyenangkanNya. Amin.
sumber:
http://pargodungan.org/khotbah-1-tesalonika-21-8-menyenangkan-hati-allah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar