Silahkan berkunjung dan bergabung ke facebook HKBP Laut Dendang di FB-HKBPLD. Anda akan mendapatkan firman Tuhan setiap harinya berdasarkan Almanak HKBP dan juga ke Youtube HKBP Laut Dendang di Youtube-HKBPLD berita terkini seputar Gereja HKBP Laut Dendang. Semoga Blog, Facebook dan Youtube HKBP Laut Dendang ini bermanfaat. Dan bisa menjadi berkat bagi kita semua. Amin

Senin, 25 Agustus 2014

Ibadah Minggu Bukan Konser

IBADAH MINGGU BUKAN KONSER

Pendahuluan
Mungkinkah Anda dapat menikmati pertandingan sepak bola di televisi, seandainya kau tidak mengerti sama sekali tata cara atau aturan main sepak bola? Apa yang akan terjadi di lapangan tenis jika Anda tiba-tiba saja disuruh bermain tenis tanpa lebih dulu diberitahu dan diajari cara bermain tenis termasuk cara memegang raketnya? Keadaannya akan sama atau mirip jika seseorang yang sama sekali tidak tahu tentang ibadah kristen melihat atau hadir di tengah-tengah jemaat Kristen beribadah Minggu di gereja. Mungkin dia akan bingung, panik, merasa bosan, atau malah melakukan “kesalahan”. Atau mungkin juga dia seperti seorang anak kecil yang mencoba meniru saja apa yang dilakukan orangtuanya (berdiri, duduk, melipat tangan, menutup mata, komat-kamit dll) tanpa mengerti apa sesungguhnya makna yang sedang dikerjakannya. Atau, bisa juga dia hanya dapat menangkap momen-momen lepas, terpaku kepada hal tertentu yang paling menarik perhatiannya, atau larut dalam suasana. Sebab itu sama seperti permainan sepak bola maka untuk dapat menghayati dan menikmati ibadah Minggu secara utuh dan penuh maka diperlukan juga sejumlah pengetahuan dasar tentang susunan, aturan dan tata ibadah Minggu itu.

Bagi orang-orang Kristen generasi ketiga atau keempat, kebaktian atau ibadah Minggu, mungkin telah menjadi suatu rutinitas, yang dilakoni sejak kecil, dan seringkali diterima sebagai given atau kenyataan yang tidak dipertanyakan lagi, walaupun jangan-jangan maknanya juga kurang jelas. Sebab itulah di sini penulis justru mau mengajak pembaca bertanya ulang: apa sesungguhnya kebaktian atau ibadah minggu itu?
Sesuai dengan namanya kebaktian Minggu berasal dari kata “bakti” yang berarti penyerahan diri melakukan suatu tugas atau kewajiban dengan tidak mengharapkan upah atau keuntungan pribadi. Ibadah Minggu berasal dari kata “abdi” yang artinya hamba yaitu seorang yang terikat kepada dan bekerja untuk tuannya tanpa mengharapkan imbalan.
POKOK-POKOK PENGERTIAN
1. Perayaan kebangkitan Tuhan
Pertama-tama kebaktian minggu adalah perayaan kebangkitan Tuhan (Yesus). Gereja purba bertemu pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu ahad atau minggu (berasal dari dominggus dei, hari Tuhan). Sebelumnya orang Kristen berhimpun hari Sabat atau Sabtu, persis kebiasaan orang Yahudi. Namun leluhur gereja memandang peristiwa kebangkitan Yesus itu maha penting, bahkan dianggap merupakan penciptaan dunia baru, sebab itu mereka menggeser pertemuan dari Sabtu menjadi Minggu. Sekali sepekan, persis pada hari Ahad , mereka berkumpul merayakan kebangkitan Tuhan dari antara orang mati, yang dipercaya sebagai kemenangan atas kekuatan maut dan dosa.
2. Perjumpaan Tuhan dan umat
Alkitab menyaksikan Tuhan Allah selalu berinisiatif menjumpai umatNya yang dikasihiNya pada waktu dan tempat yang ditunjuk oleh Tuhan sendiri. Ya, Sang Khalik menjumpai ciptaanNya, Yang kekal menjumpai yang fana, Yang maha mulia menjumpai umat yang rendah. Yang paling menarik, perjumpaan atau pertemuan antara Tuhan Allah dengan umat ini selalu merupakan prakarsa atau inisiatif Tuhan sendiri. Dialah yang mengundang umatNya mendekat kepadaNya.
Menurut penulis ini patut kita simak baik-baik. Sebab seringkali orang Kristen lupa bahwa Tuhanlah sebenarnya yang mengundang mereka datang ke kebaktian minggu di rumahNya. Tuhan adalah tuan rumah dan jemaat adalah tamu. Bukan sebaliknya! (Lucunya, orang Kristen masa kini suka sekali menganggap gereja Tuhan sebagai miliknya, dan lantas menganggap Sang Pemilik sebagai tamu!)
Acara kebaktian minggu itu sendiri disusun untuk mewadahi pertemuan, dialog dan interaksi antara Tuhan dan umatNya. Unsur-unsur dalam kebaktian minggu itu dengan mudah dapat dibagi dua, yaitu sapaan Tuhan dan respons jemaat. Tuhan menyapa umatNya dengan votum-introitus (tahbisan dan firman pembuka), dan umat menjawab dengan doa syukur. Tuhan memberikan hukum, dan umat menjawab dengan doa memohon kekuatan melaksanakan hukum itu. Umat mengaku dosa dan memohon pengampunan, dan Tuhan menjawab dengan memberikan pengampunan. Demikian seterusnya.
Kebaktian minggu adalah dialog dan bukan monolog. Tuhan tidak haus pujian, sebab itu jemaat tidak harus memaksa diri memuji-muji Dia sampai kelelahan. Tuhan mau berbicara, sebab itu jemaat harus mau berhenti berkata-kata dan mulai membuka telinga. Tuhan suka mendengar, sebab itu jemaat diundang untuk berbicara menyampaikan isi hatinya terdalam. Demikianlah dialog dan interaksi Tuhan dan jemaat itu terjadi.
3. Ibadah di bumi
Tuhan Allah menempatkan jemaatNya di dunia, belum di surga. Kita ada dalam realitas dunia ini, bukan di ruang vakum atau awang-awang. Seluruh yang kita lakukan dalam kebaktian adalah ekspresi atau pengungkapan kehidupan sehari-hari kita. Hari Minggu karena itu tidak bisa dipisahkan dari hari lainnya. Dalam dunia moderen penulis suka membayangkan hari Minggu adalah halte tempat berhenti sejenak sebelum melanjutkan lagi perjalanan. Atau seperti sebuah oase tempat beristirahat dan memulihkan jiwa-raga.
Agenda ibadah tidak bisa dipisahkan dari agenda hidup. Apa yang kita alami hari Senin s/d Sabtu dalam kehidupan sehari-hari itulah yang hendak kita syukuri pada hari Minggu dalam gereja. Sebaliknya, apa yang kita dengar dari Tuhan pada hari Minggu itulah yang hendak kita kerjakan dan hayati esok di rumah dan di tempat kerja. Apa yang kita pergumulkan hari Minggu sama dengan apa yang kita pergumulkan hari Senin s/d Sabtu.
Ini merupakan renungan bagi seluruh jemaat dan pelayan? Sejauhmanakah pergumulan dunia ini tercermin dalam ibadah Minggu dan sejauh manakah ibadah Minggu membekali, dan menginspirasi jemaat Kristen hidup di dunia.
UNSUR-UNSUR KEBAKTIAN MINGGU
1. Nyanyian Pembuka ↑
Di gereja HKBP, kebaktian diawali dengan nyanyian pembuka. Biasanya nyanyian yang dipilih adalah nyanyian yang sesuai dengan nama ibadah minggu (sebab ibadah minggu mengikuti kalender ibadah, yang disusun mengacu kepada gambaran sejarah penyelamatan).
Sebelum kebaktian dimulai jemaat memiliki kesempatan mempersiapkan diri dengan berdoa dalam hati (sebaiknya jangan dikomando atau diperintah) dan merenungkan dirinya sendiri di hadapan Tuhan. Karena itu sebaiknya jemaat memang datang paling lambat sepuluh menit sebelum jam kebaktian dimulai agar benar-benar siap.
2. Votum & Introitus ↓ dan Doa ↑
Sesudah nyanyian pembuka, pelayan ibadah (paragenda) akan menahbiskan pertemuan itu dalam nama Allah Bapa, dan AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ini adalah suatu peresmian bahwa pertemuan itu bukanlah pertemuan biasa (bukan rapat, arisan, rapat politik atau pemegang saham) tetapi suatu pertemuan antara Allah dan jemaatNya. Lebih lanjut ini adalah suatu maklumat bahwa Tuhan Allah Sang Pencipta tengah hadir di tengah-tengah jemaatNya. Itulah sebabnya jemaat diundang berdiri menghormati hadiratNya. Dengan tahbisan itu juga mau dikatakan bahwa tempat dimana jemaat duduk telah dikuduskan (baca: dikhususkan) karena Tuhan Allah sedang menyatakan kemuliaanNya di sana. Ini sesuai dengan janji Kristus dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaNya, maka Dia ada di tengah-tengah mereka.
Sesudah meresmikan kebaktian dalam nama Allah (bukan dalam nama penguasa atau pribadi tertentu), pelayan ibadah pun membacakan firman Tuhan pembuka (introitus) ibadah, yang merupakan petikan-petikan ayat Alkitab. Ini jelas sekali menunjukkan bahwa pengundang dan Tuan rumah pertemuan minggu itu adalah Tuhan Allah sendiri (bukan orang Kristen). Selesai firman dibacakan, maka jemaat pun menyambut dengan nyanyian haleluya, haleluya, haleluya (pada hari khusus hosianna). Artinya: puji Tuhan.
Lantas pelayan ibadah pun mewakili jemaat merespons firman dengan membacakan doa jemaat. Isi doanya sendiri adalah jawaban terhadap firman pembuka itu. Di sini kita bisa melihat dengan jelas apa beda firman dengan doa. Firman adalah suara Tuhan menyapa jemaatNya (↓) sementara doa adalah suara jemaat menyapa Tuhannya (↑).
3. Nyanyian Jemaat ↑
Sesudah votum-introitus dan doa, jemaat pun merespons dengan bernyanyi. Biasanya dipilih nyanyian syukur atau nyanyian yang sesuai dengan tema mingguan (catatan: HKBP dan beberapa gereja lain mengikuti kalender ibadah yang tema-temanya merangkum sejarah keselamatan).
4. Hukum Tuhan ↓ & Doa memohon kekuatan ↑
Selanjutnya pelayan akan membacakan hukum Tuhan, yang diambil dari sepuluh hukum, hukum kasih, atau ayat-ayat Alkitab yang bernada perintah atau imperatif. Dalam gereja HKBP maka hukum juga bisa digantikan dengan Katekismus, Konfessi.
Hukum adalah perintah Tuhan kepada jemaatNya. Sebab itu ketika hukum dibacakan jemaat harus mendengarkan seksama dan meresponsnya dengan doa memohon kekuatan dari Tuhan untuk melaksanakan hukum-hukumNya.
5. Nyanyian Pengakuan dosa atau penyesalan ↑
Hukum Tuhan menyadarkan jemaat akan dosa-dosanya. Hukum mirip dengan cermin, dimana manusia bisa melihat keberadaan dirinya. Sebab itu pembacaan hukum Tuhan dalam ibadah Minggu dilanjutkan dengan nyanyian dan doa pengakuan dosa. Biasanya nyanyian sesudah hukum adalah nyanyian yang menunjukkan pengakuan dan penyesalan dosa jemaat.
6. Doa Pengakuan Dosa ↑
Nyanyian penyesalan dilanjutkan dengan doa pengakuan dosa. Pelayan ibadah akan membacakan pengakuan dosa jemaat yang sudah diformulakan dalam Agenda. Di sini pelayan akan berfungsi sebagai wakil jemaat membukakan hati dan membawa dosa-dosanya kepada Tuhan. Doa pengakuan dosa ini baik dituliskan agar tidak hanya mencerminkan pribadi pelayan, tetapi hati seluruh jemaat. Untuk membantu berkonsentrasi maka sebaiknya ketika doa pengakuan dosa dibacakan jemaat mengikuti kalimat demi kalimat dalam hatinya masing-masing.
Berhubung jemaat sangat banyak, kita akui sangat sulit membuat suatu formula pengakuan dosa yang dapat mengekpressikan hati seluruh jemaat, sebab itu sebelum atau sesudah pengakuan dosa umum itu, kepada jemaat diberikan kesempatan mengaku dosa secara pribadi dalam hati masing-masing. Inilah yang sering disebut sekarang “saat teduh”. Saran penulis: dalam saat pengakuan dosa pribadi ini sebaiknya musik sangat halus sekali atau lebih baik tidak ada sama sekali agar jemaat dapat berkonsentrasi mengaku dosa-dosa pribadinya secara eksplisit , spesifik dan konkret dalam hatinya masing-masing.
7.Berita Pengampunan ↓
Pengakuan dosa jemaat itu disambut oleh Allah dengan menyampaikan berita pengampunan dosa. Ini adalah suatu maklumat anugerah. Persis seperti maklumat Yesus kepada seorang berdosa: dosamu sudah diampuni. Jemaat diajak agar benar-benar percaya dan menerima bahwa dosanya memang benar-benar sudah diampuni. (karena itu nanti dalam doa syafaat jangan minta lagi agar dosanya diampuni!).
Berita pengampunan ini disusul dengan suatu pujian: Kemuliaan bagi Allah di tempat maha tinggi. (di beberapa gereja jemaat menyanyikannya dengan lagu Gloria, dan menurut penulis itu lebih baik.)
8. Nyanyian Jemaat ↑
Jemaat menyambut pengampunan itu dengan nyanyian gembira. Saran penulis, agar lagu-lagu yang dipilih sesudah pengampunan jangan lagi lagu sendu atau murung karena dosa. Tetapi lagu yang benar2 penuh sukacita sebagai orang-orang yang sudah diampuni dosanya dan memperoleh hidup baru. Misalnya:
Marolop-olop tondingku ala naung ditobus Jesus i.
Hamu sude bege ma i, ai las rohangku mandok i
Sonang ni tingki i dung jumpang Jesus Tuhanki.
Tondi na mangajari au, tarbaen marlas ni roha au.
Sonang ni tingki i dung jumpang Jesus Tuhanki.
9. Epistel (Petunjuk Hidup Baru) & Berkat ↓
Sebagai jemaat yang sudah diampuni dosa-dosanya maka jemaat harus menampakkan pembaharuan dalam seluruh aspek hidupnya. Pelayan pun membacakan epsitel (arti dasar: surat rasul) sebagai petunjuk hidup baru bagi jemaat yang sudah diampuni dosanya ini. Pembacaan itu diakhiri dengan sebuah berkat bagi yang mau mendengar dan melakukan firman Tuhan.
10. Paduan Suara ↑
Jemaat diberi kesempatan mengungkapkan pujiannya kepada Tuhan. Menurut penulis bahwa agar tidak menginterupsi atau menganggu aliran ibadah maka sebaiknya paduan suara ditempatkan sesudah epistel (jangan sebelumnya). Karena itu paling banyak paduan suara cukuplah dua saja dalam setiap kebaktian minggu (jika jumlah kelompok PS besar, maka dapat dibuat penjadwalan dan pergiliran). Ingat: yang paling penting bernyanyi dalam ibadah adalah seluruh jemaat, bukan sekelompok orang dalam Paduan Suara.
Di gereja HKBP paduan suara itu berdiri di tempatnya menghadap altar, mau mengatakan posisinya sebagai wakil jemaat menyampaikan pujian khusus kepada Tuhan, dan bukan wakil Tuhan untuk menghibur jemaat. Nyanyian paduan suara sebab itu lebih merupakan doa ketimbang kotbah. Ingat: tak ada keharusan bagi suatu kelompok PS untuk bernyanyi saban minggu, dan ada larangan keras bagi anggota PS untuk meninggalkan kebaktian sebelum semua berakhir.
11. Warta Jemaat ↓ ↑
Warta jemaat adalah berita yang ada di tengah2 jemaat. Ada yang menganjurkan agar warta dikeluarkan dari ibadah. Menurut penulis sebaiknya di dalam. Ini adalah proklamasi bahwa berita-berita yang dikerjakan Tuhan dalam jemaat (kelahiran, baptisan, kematian, pernikahan). Namun agar tidak menyita waktu sebaiknya yang dibacakan hanyalah sakramen atau berita penting yang harus dimaklumatkan kepada jemaat, misalnya terjadinya tsunami. (berita2 rapat apalagi rapat parhalado, dewan, pembubaran panitia jangan dibacakan!)
12. Doa Syafaat ↑
Sesudah warta jemaat maka dilanjutkan dengan doa syafaat atau doa memohonkan perlindungan dan pembelaan khusus dari Tuhan Allah. Saran penulis agar orang yang ditunjuk berdoa syafaat benar-benar mempersiapkan dirinya dan menuliskan doanya dengan bahasa yang sederhana dan baik, dan membacakannya dengan lambat agar dapat diikuti. Selanjutnya saran penulis agar pendoa berdisiplin dan membatasi pokok doa tiga-empat saja, (yang lain bisa didoakan minggu berikutnya!) namun dengan penuh penghayatan. Catatan: doa syafaat jangan tumpah tindih dengan doa-doa lain di kebaktiang yang sama, misalnya permohonan ampun dosa (karena dosa baru saja diampuni Tuhan beberapa saat lalu), doa syukur dan doa pembacaan Alkitab.
13. Ajakan memberi persembahan ↓ dan Persembahan ↑
Kini tiba waktunya jemaat diajak memberi persembahan. Pelayan dapat membacakan ayat-ayat mengajak jemaat memberi persembahan. Jemaat mengaku bahwa hidupnya berasal dari Tuhan, harta miliknya dan bahkan totalitas hidupnya adalah milik Tuhan. Sebab itu memberi persembahan bukanlah kehebatan, tetapi kesempatan yang diberikan Tuhan. Tangan yang memberi persembahan tetap di bawah. (Sebaiknya persembahan sudah disiapkan dari rumah, atau sebelum kebaktian dimulai, dan jangan baru dirogoh dari dompet atau saku saat kantong berjalan).
Persembahan di HKBP disampaikan dengan bernyanyi. Namun saran penulis jika memang lagunya sudah habis jangan diulang lagi, cukuplah musik saja. Itu menghilangkan makna syair yang memang disusun bagai cerita.
14. Kotbah ↓
Kini sampailah kebaktian pada pemberitaan Firman atau kotbah. Disini ada empat unsur:
a. Berkat ↓ 
Di HKBP kotbah (yang disampaikan pendeta) tidak diawali dengan doa, namun berkat (Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal kiranya memenuhi hati dan pikiranmu). Ini mengacu kepada kotbah Yesus di bukit yang mengawali kotbahnya dengan menyampaikan berkat (ucapan bahagia). Namun jika yang berkotbah bukan pendeta, maka sebelum pembacaan diawali dengan doa.
b. Pembacaan Alkitab ↓
Di HKBP pembacaan Alkitab mengikuti almanak. Ini memberi keuntungan bahwa tema kotbah selalu komprehensif. Pendeta tidak boleh hanya menyampaikan kotbah berdasarkan ayat-ayat kesukaannya. Pendeta tidak punya agenda pribadi, tetapi agenda gereja. Agenda gereja disusun berdasarkan agenda Tuhan. Menurut penulis penyusunan bahan kotbah berdasarkan Almanak ini memberi keuntungan jemaat mendapatkan kekayaan Alkitab (sebab bagaimanapun setiap pribadi pengkotbah selalu memiliki keterbatasan termasuk memilih ayat).
c. Kotbah. ↓ 
Kotbah adalah interaksi firman Tuhan dan kehidupan sehari-hari. Kotbah bukanlah lokakarya teologi, juga bukan penghibur hati. Apa yang dikatakan Tuhan kepada diriku sendiri dan kepada jemaat hari ini.
d. Doa. ↑
Pendeta menutup kotbahnya dengan doa. Isinya adalah respons jemaat terhadap kotbah, sekaligus permohonan agar Roh Kudus memampukan jemaat melaksanakan kotbah dalam hidup sehari-harinya. Sebaiknya doa sesudah kotbah fokus kepada isi kotbah (apalagi jika di bagian lain sudah ada doa syafaat).
15. Nyanyian Penutup ↑
Selesai kotbah dilanjutkan dengan nyanyian penutup. Namun di HKBP suasana sedikit terganggu karena masih ada lagi persembahan. Menurut penulis kita harus berani menyarankan agar persembahan cukuplah satu kali saja dan satu kantong, agar maknanya benar-benar mencuat sebagai persembahan.
16. Doa Penutup ↑
Ibadah berakhir dengan rangkaian doa. Mula-mula doa persembahan. Dilanjutkan dengan doa khusus hari pesta gerejawi. Lantas ditutup dengan doa bapa kami.
17. Berkat ↓
Pada puncaknya pendeta menyampaikan berkat kepada jemaat. Jemaat menyambut dengan nyanyian amin tiga kali.
Epilog
Jemaat berdoa masing-masing di tempatnya (tanpa dikomando) mendoakan hidupnya sendiri dan mengaminkan seluruh ibadah sebelum masuk kembali ke dalam kehidupannya sehari-hari. Pendeta pun bergerak ke pintu menyambut jemaat di pintu untuk menyalam jemaat. Sementara jemaat bersalam-salaman di tempat duduk dan di luar.
Pdt Daniel Taruli Asi Harahap
Sumber http://rumametmet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar