Pengalaman memiliki warisan, bagi banyak orang, pasti menyenangkan. Ada yang senang karena bentuk warisannya, misalnya, uang, harta, dan sebagainya. Ada juga yang bangga karena warisan itu meninggalkan kenangan, bahkan pelajaran berharga.
Allah memerintahkan agar Yosua memilih dua belas orang sebagai perwakilan dari suku Israel. Mereka ditugasi untuk mengangkat dua belas batu dari sungai Yordan (1-3).Batu-batu itu adalah tanda peringatan perbuatan besar Tuhan tatkala Dia membelah sungai Yordan. Perbuatan ajaib itu membuat bangsa Israel dapat menyeberang (7). Tampaknya, pembaca pertama Kitab Yosua masih dapat melihat batu-batu itu (9). Sepanjang pasal ini, ada sebuah penegasan agar tetap mengingat sejarah. Jika anak-anak Israel bertanya apa arti batu itu, orang Israel harus menjawabnya. Mereka harus menuturkan tentang keajaiban perbuatan Tuhan itu (6, 21).
Pengalaman bersama Allah akan menjadi warisan dan kesaksian bagi keturunan atau generasi selanjutnya. Akan tetapi, sering kali kita mudah melupakannya. Kita kerap melalaikan pekerjaan tangan Tuhan. Bahkan, bisa jadi banyak orang tua tidak lagi mewariskan "harta karun" ini kepada anak-anaknya. Para orang tua mungkin lupa mewariskan kesaksian betapa besar Tuhan lewat karya-Nya. Padahal, inilah warisan terbesar dalam kehidupan ini. Warisan yang menguatkan iman karena Tuhan selalu bekerja dalam sepanjang sejarah.
Tuhan sudah memberikan kepada kita sebuah harta yang tak ternilai harganya. Dia telah mengaruniakan Anak Tunggal-Nya sebagai tebusan dosa dunia. Salib menjadi tanda terbesar perbuatan Allah. Dia nyata dan bertindak dalam sejarah. Dia menganugerahkan keselamatan di dalam Kristus.
Apakah kita sudah menerima harta terbesar itu? Jika sudah, tugas kita selanjutnya adalah mewariskannya kepada generasi berikutnya. Mereka harus mengalami warisan ini. Ini adalah warisan yang harus dimiliki semua umat manusia sepanjang masa.
Doa: Tuhan, saya bersyukur untuk salib-Mu sebagai warisan terbesar dalam hidupku. [RD]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar