Beberapa tahun terakhir ini
HKBP di bawah pimpinan Ompui Ephorus HKBP Pdt Willem TP Simarmata MA.
menetapkan pelayanan tahunan bersifat tematik yang sangat strategis,
menarik dan menantang. Misalnya 2013 tema yang dipilih adalah Tahun
Anak-Anak, 2014 adalah Tahun Remaja dan Pemuda. 2015 adalah Tahun
perempuan, dan 2016 adalah Tahun Keluarga. Tema-tema seperti ini
dikatakan sangat strategis, karena bersifat esensi dan menyeluruh.
Gereja hadir melakukan pembaharuan, perdamaian dan pemberdayaan seluruh
jemaat. Apabila tema direalisasikan dengan baik akan merupakan pilar
yang kokoh menjadikan HKBP menjadi berkat bagi dunia. Tema ini
dinyatakan sangat menarik karena merupakan fenomena hidup keseharian dan
mengarahkan pelayanan tahunan HKBP pada kebutuhan esensi jemaat di mana
fokus pada lingkup terbatas. Tema ini dikatakan menantang karena
diperhadapkan pada persoalan-persoalan yang dialami jemaat, sehingga
membutuhkan keberanian, kreativitas pelayan mewujudkannya.
Sayangnya, sekalipun tema yang dipilih sudah memberi arah yang jelas dan lingkup yang terbatas, realisasi kegiatan pelayanan masih belum menyentuh sampai kepada substansi esensi yakni pembaharuan kerohanian. Misalnya, tema Tahun Anak-anak, Tahun Remaja dan Pemuda, kemudian Tahun Perempuan belum memperlihatkan kinerja pelayanan yang cemerlang. Temanya jelas dan terbatas, namun kegiatannya tetap kembali kepada pelayanan secara rutin. Sebab masalah yang terkandung dalam setiap tema tidak terungkap sehingga solusi pun tidak jelas. Masing-masing kategorial ini tidak teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik, sehingga pengalaman realisasi tema-tema tidak dapat dipedomani untuk pelayanan-pelayanan selanjutnya. Pada hal begitu banyak masalah anak-anak, pemuda dan remaja, termasuk perempuan HKBP yang belum tertangani dengan baik khususnya dari sisi kerohanian. Tema yang ditetapkan biasanya direalisasi dalam bentuk kegiatan yang kurang relevan, karena kebanyakan merupakan kegiatan pertandingan yang bisa saja memiliki hubungan dengan pembaharuan kerohanian. Sudahkah kategorial anak-anak, kategorial remaja dan pemuda, serta kategorial perempuan dibaharui melalui pelayanan tahunan tematik itu? Kayaknya, hampir tidak dapat dirasakan bahwa realisasi pelayanan tahunan itu belum mampu melakukan pembaharuan. Puncak kegiatan lazimnya dalam bentuk perayaan besar, meriah, dengan atraksi yang menarik, bahkan mungkin disertai dengan grand final kompetisi. Sedihnya, selepas itu semuanya menjadi senyap.
2016 Tahun Keluarga
Sungguh sebuah gagasan cemerlang dari pimpinan HKBP, bahwa 2016 merupakan Tahun Keluarga dan diantarkan pada Jamita Bona Taon Ompui Ephorus HKBP pada 1 Januari 2016. Tema ini dielaborasi menjadi subtema untuk setiap bulan. Bulan Januari; Rumah tangga na marpangoloion di Jahowa (Keluarga yang takut akan Tuhan). Bulan Pebruari; Debata do napasadahon dohot pahothon Rumahtangga. Bulan Maret; Rumah Tangga namanghangoluhon hata ni Debata (Keluarga yang memelihara dan melakukan Firman Tuhan). Bulan April; Pamujion ni ganup rumatangga na pinaimbaru dibagasan Kristus (Pujian dan syukur keluarga yang diperbaharui Kristus). Bulan Mei; Rumatangga namangargahon parasingan ni houm, ugamo dohot suku ditongatonga ni masyarakat (Keluarga yang menghargai perbedaan suku, agama dan ras di tengah-tengah masyarakat). Bulan Juni; Rumatangga na mangaradoti na tinompa ni Debata (Keluarga yang peduli terhadap lingkungan hidup). Bulan Juli; Rumatangga naparadehon tu sundut naumposo mangadopi hamajuon (Keluarga yang mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan jaman). Bulan Agustus; Rumatangga namartanggungjawab di hamajuon ni bangsonta (Keluarga yang bertanggungjawab dalam mengisi kemerdekaan). Bulan September; Rumatangga napatujolohon hadameon dohot pasiding pangarupaon (Keluarga yang mengedepankan perdamaian dan anti kekerasan). Bulan Oktober; Rumatangga namanangiangkon jala sumarihon panghobasion di Huria dohot angka pangula ni Huria. Bulan Nopember; Rumatangga sitiruon, Ama namarsahala, soripada namarhuaso dohot dakdanak sioloi ajar (Rumah tangga teladan: Bapa yang berharisma, isteri yang bijak dan anak-anak yang takut akan Tuhan). Bulan Desember; Rumatangga na mandok mauliate jala marparbuehon godang (Keluarga yang bersyukur dan berbuah).
Untuk kepentingan menyusun program subtema ini perlu dielaborasi menjadi indikator-indikator. Contoh indikator untuk tema bulan januari Rumah tangga na marpangoloion di Jahowa (Keluarga yang takut akan Tuhan). 1) Peran ama dalam keluarga, 2) Ketaatan beribadah ke gereja 3) Ketaatan mengikuti partangiangan sektor (lingkungan), 4) Suasana keluarga yang religius. Indikator ini hanya sebagai contoh. Masing-masing huria dapat membuat sendiri sesuai dengan karakter gereja masing-masing. Namun harus disadari bahwa indikator ini penting supaya permasalahan keluarga dapat diidentifikasi, apakah termasuk kategori baik atau kurang baik. Demikian seluruh subtema ini dielaborasi menjadi indikator-indikator.
Program Konkrit dan Relevan
Efektivitas pelayanan Tahun Keluarga ada di huria-huria. Uluan seyogianya melayani secara profesional. Mereka dapat mengkonkritisasi ide yang telah ditetapkan pimpinan HKBP. Untuk itu, masing-masing huria membuat data base keluarga baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Program yang disusun harus berbasis data supaya relevan. Patut dicatat, bahwa solusi keluarga dilakukan dari sisi kerohanian, sedang perbaikan aspek materialialistik adalah ikutannya (Matius 6, 33). Beberapa langkah yang perlu diperhatikan supaya program konkrit dan relevan.
1. Gereja membuat data base keluarga, yakni data kuantitatif dan data kualiatif. Data kuantitatif seperti jumlah dan identitas masing-masing anggota keluarga, kategori keadaan ekonomi keluarga. Data kualitatif keluarga, disesuaikan dengan subtema dan indikatornya.
2. Mengidentifikasi masalah keluarga berbasis data base. Misalnya keluarga termasuk religius atau kurang.
3. Klasifikasi dan pengelompokan keluarga. Setelah mengidentifikasi masalah keluarga dibuat pengelompokan sesuai dengan kesamaan klasifikasi masalah.
4. Menyusun program pelayanan untuk membantu keluarga supaya mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Program diseuaikan dengan kegiatan bulanan sesuai dengan subtema. Program dapat disusun dan realisasinya bisa dibatasi sesuai kapasitas huria, atau tema dibagi untuk masing-masing huria di internal resort.
5. Teknik pelaksanaan pelayanan diatur sesuai dengan keadaan dan kapasistas huria.
6. Pengalaman melaksanakan program, dianalisis untuk kemudian menyusun model pembinaan pada tahun-tahun berikutnya.
7. Perbaikan model dapat dilakukan dalam diskusi di internal huria, atau antar huria, untuk menguji validitas model yang telah ditemukan.
8. Seluruh aktivitas didokumentasikan, dan jika dimungkinkan dapat diterbitkan menjadi sebuah buku.
Tema Tahun Keluarga diyakini realisasinya tidak mudah apalagi diharapkan dapat menyentuh esensi kebutuhan keluarga, namun sangat penting untuk diwujudkan. Profesionalisme Uluan (pimpinan huria) ditantang agar mampu mengubah paradigma berfikir dalam melayanani dari rutinitas menjadi rutin dan kreatif.
Penutup
Tulisan ini dibuat untuk memberi insprasi khususnya ekspansi pelayanan di huria secara kreatif terutama untuk menyentuh substansi esensi kebutuhan keluarga. Jika selama ini pelayanan gereja fokus pada mereka yang rajin mengikuti kebaktian di gereja dan partangiangan saja, maka tiba saatnya memperluas pelayanan kepada mereka yang bermasalah yakni jarang atau tidak pernah beribadah ke gereja dan atau partangiangan. Mereka ini butuh pertolongan dari sisi kerohanian agar mampu secara mandiri menyelesaikan masalah keluarga mereka sendiri.
Ama sebagai pimpinan keluarga melalui Tahun Keluarga ini diberi kesadaran tanggungjawab untuk efektif sebagai ama na marsahala memiliki karakter, bakko kristiani. Jika selama ini jarang mengikuti kebaktian, partangiangan dan belajar Firman Tuhan, dan perilaku jauh dari Hamalimon sebagai kepala keluarga maka Tahun Keluarga sangat tepat dijadikan ruang pendewasaan iman.
Efektivitas semuanya ini, sangat tergantung pada Uluan ni Huria. Pertahankan pelayanan rutinitas, dan mulailah inovasi kreatif dengan paradigma baru, mencari domba yang hilang. Tuhan pasti menonolong kita.
Sayangnya, sekalipun tema yang dipilih sudah memberi arah yang jelas dan lingkup yang terbatas, realisasi kegiatan pelayanan masih belum menyentuh sampai kepada substansi esensi yakni pembaharuan kerohanian. Misalnya, tema Tahun Anak-anak, Tahun Remaja dan Pemuda, kemudian Tahun Perempuan belum memperlihatkan kinerja pelayanan yang cemerlang. Temanya jelas dan terbatas, namun kegiatannya tetap kembali kepada pelayanan secara rutin. Sebab masalah yang terkandung dalam setiap tema tidak terungkap sehingga solusi pun tidak jelas. Masing-masing kategorial ini tidak teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik, sehingga pengalaman realisasi tema-tema tidak dapat dipedomani untuk pelayanan-pelayanan selanjutnya. Pada hal begitu banyak masalah anak-anak, pemuda dan remaja, termasuk perempuan HKBP yang belum tertangani dengan baik khususnya dari sisi kerohanian. Tema yang ditetapkan biasanya direalisasi dalam bentuk kegiatan yang kurang relevan, karena kebanyakan merupakan kegiatan pertandingan yang bisa saja memiliki hubungan dengan pembaharuan kerohanian. Sudahkah kategorial anak-anak, kategorial remaja dan pemuda, serta kategorial perempuan dibaharui melalui pelayanan tahunan tematik itu? Kayaknya, hampir tidak dapat dirasakan bahwa realisasi pelayanan tahunan itu belum mampu melakukan pembaharuan. Puncak kegiatan lazimnya dalam bentuk perayaan besar, meriah, dengan atraksi yang menarik, bahkan mungkin disertai dengan grand final kompetisi. Sedihnya, selepas itu semuanya menjadi senyap.
2016 Tahun Keluarga
Sungguh sebuah gagasan cemerlang dari pimpinan HKBP, bahwa 2016 merupakan Tahun Keluarga dan diantarkan pada Jamita Bona Taon Ompui Ephorus HKBP pada 1 Januari 2016. Tema ini dielaborasi menjadi subtema untuk setiap bulan. Bulan Januari; Rumah tangga na marpangoloion di Jahowa (Keluarga yang takut akan Tuhan). Bulan Pebruari; Debata do napasadahon dohot pahothon Rumahtangga. Bulan Maret; Rumah Tangga namanghangoluhon hata ni Debata (Keluarga yang memelihara dan melakukan Firman Tuhan). Bulan April; Pamujion ni ganup rumatangga na pinaimbaru dibagasan Kristus (Pujian dan syukur keluarga yang diperbaharui Kristus). Bulan Mei; Rumatangga namangargahon parasingan ni houm, ugamo dohot suku ditongatonga ni masyarakat (Keluarga yang menghargai perbedaan suku, agama dan ras di tengah-tengah masyarakat). Bulan Juni; Rumatangga na mangaradoti na tinompa ni Debata (Keluarga yang peduli terhadap lingkungan hidup). Bulan Juli; Rumatangga naparadehon tu sundut naumposo mangadopi hamajuon (Keluarga yang mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan jaman). Bulan Agustus; Rumatangga namartanggungjawab di hamajuon ni bangsonta (Keluarga yang bertanggungjawab dalam mengisi kemerdekaan). Bulan September; Rumatangga napatujolohon hadameon dohot pasiding pangarupaon (Keluarga yang mengedepankan perdamaian dan anti kekerasan). Bulan Oktober; Rumatangga namanangiangkon jala sumarihon panghobasion di Huria dohot angka pangula ni Huria. Bulan Nopember; Rumatangga sitiruon, Ama namarsahala, soripada namarhuaso dohot dakdanak sioloi ajar (Rumah tangga teladan: Bapa yang berharisma, isteri yang bijak dan anak-anak yang takut akan Tuhan). Bulan Desember; Rumatangga na mandok mauliate jala marparbuehon godang (Keluarga yang bersyukur dan berbuah).
Untuk kepentingan menyusun program subtema ini perlu dielaborasi menjadi indikator-indikator. Contoh indikator untuk tema bulan januari Rumah tangga na marpangoloion di Jahowa (Keluarga yang takut akan Tuhan). 1) Peran ama dalam keluarga, 2) Ketaatan beribadah ke gereja 3) Ketaatan mengikuti partangiangan sektor (lingkungan), 4) Suasana keluarga yang religius. Indikator ini hanya sebagai contoh. Masing-masing huria dapat membuat sendiri sesuai dengan karakter gereja masing-masing. Namun harus disadari bahwa indikator ini penting supaya permasalahan keluarga dapat diidentifikasi, apakah termasuk kategori baik atau kurang baik. Demikian seluruh subtema ini dielaborasi menjadi indikator-indikator.
Program Konkrit dan Relevan
Efektivitas pelayanan Tahun Keluarga ada di huria-huria. Uluan seyogianya melayani secara profesional. Mereka dapat mengkonkritisasi ide yang telah ditetapkan pimpinan HKBP. Untuk itu, masing-masing huria membuat data base keluarga baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Program yang disusun harus berbasis data supaya relevan. Patut dicatat, bahwa solusi keluarga dilakukan dari sisi kerohanian, sedang perbaikan aspek materialialistik adalah ikutannya (Matius 6, 33). Beberapa langkah yang perlu diperhatikan supaya program konkrit dan relevan.
1. Gereja membuat data base keluarga, yakni data kuantitatif dan data kualiatif. Data kuantitatif seperti jumlah dan identitas masing-masing anggota keluarga, kategori keadaan ekonomi keluarga. Data kualitatif keluarga, disesuaikan dengan subtema dan indikatornya.
2. Mengidentifikasi masalah keluarga berbasis data base. Misalnya keluarga termasuk religius atau kurang.
3. Klasifikasi dan pengelompokan keluarga. Setelah mengidentifikasi masalah keluarga dibuat pengelompokan sesuai dengan kesamaan klasifikasi masalah.
4. Menyusun program pelayanan untuk membantu keluarga supaya mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Program diseuaikan dengan kegiatan bulanan sesuai dengan subtema. Program dapat disusun dan realisasinya bisa dibatasi sesuai kapasitas huria, atau tema dibagi untuk masing-masing huria di internal resort.
5. Teknik pelaksanaan pelayanan diatur sesuai dengan keadaan dan kapasistas huria.
6. Pengalaman melaksanakan program, dianalisis untuk kemudian menyusun model pembinaan pada tahun-tahun berikutnya.
7. Perbaikan model dapat dilakukan dalam diskusi di internal huria, atau antar huria, untuk menguji validitas model yang telah ditemukan.
8. Seluruh aktivitas didokumentasikan, dan jika dimungkinkan dapat diterbitkan menjadi sebuah buku.
Tema Tahun Keluarga diyakini realisasinya tidak mudah apalagi diharapkan dapat menyentuh esensi kebutuhan keluarga, namun sangat penting untuk diwujudkan. Profesionalisme Uluan (pimpinan huria) ditantang agar mampu mengubah paradigma berfikir dalam melayanani dari rutinitas menjadi rutin dan kreatif.
Penutup
Tulisan ini dibuat untuk memberi insprasi khususnya ekspansi pelayanan di huria secara kreatif terutama untuk menyentuh substansi esensi kebutuhan keluarga. Jika selama ini pelayanan gereja fokus pada mereka yang rajin mengikuti kebaktian di gereja dan partangiangan saja, maka tiba saatnya memperluas pelayanan kepada mereka yang bermasalah yakni jarang atau tidak pernah beribadah ke gereja dan atau partangiangan. Mereka ini butuh pertolongan dari sisi kerohanian agar mampu secara mandiri menyelesaikan masalah keluarga mereka sendiri.
Ama sebagai pimpinan keluarga melalui Tahun Keluarga ini diberi kesadaran tanggungjawab untuk efektif sebagai ama na marsahala memiliki karakter, bakko kristiani. Jika selama ini jarang mengikuti kebaktian, partangiangan dan belajar Firman Tuhan, dan perilaku jauh dari Hamalimon sebagai kepala keluarga maka Tahun Keluarga sangat tepat dijadikan ruang pendewasaan iman.
Efektivitas semuanya ini, sangat tergantung pada Uluan ni Huria. Pertahankan pelayanan rutinitas, dan mulailah inovasi kreatif dengan paradigma baru, mencari domba yang hilang. Tuhan pasti menonolong kita.
Source : http://hariansib.co/view/Opini/93129/Realisasi-Tahun-Keluarga-HKBP-2016.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar