PENDIDIKAN dan PEMBERDAYAAN
BentukTerinspirasi dari kisah ketika Nommensen datang ke tanah Batak dan meminta ijin pada raja Pontas Lumbantobing untuk tinggal dan bekerja sebagai missionaris di Rura Silindung, saat itu Raja Pontas Lumbantobing bertanya, “apakah keuntungan dari kami jika kami menjadi anak bagi Tuhan?”. Saat itu Nommensen sebagai seorang figur yang menyebarkan ajaran Kristen secara kenosis yang melakukan pendekatan dialektikal pada budaya Batak dalam ajaran teologia yang tidak hanya dengan menceritakan sejarah umat Kristen dari penceritaan perjanjian Lama dalam kisah bangsa Israel.
Ia justru mengimplementasikan ajaran Kristen pada kehidupan sehari-hari masyarakat Batak dengan tidak mengubah tatanan budaya dan kearifan lokal masyarakat Batak tersebut. Sehingga, ia pun menjawab bahwa ia ingin memajukan bangsa Batak, yang tidak lagi terbelakang melainkan menjadi bangsa yang besar secara pendidikan, kesehatan, moral dibawah naungan kepandaian dan kebijaksanaan yang didapat dari Tuhan. “Habisuhon dohot hapistaran dibagasan Tondi”
Kemajuan yang dimaksud inilah yang ingin diterapkan dalam pribadi masyarakat Batak, bahwa bangsa Batak dalam kondisi apapun tetap berpegang teguh pada demokrasi budaya, beradat dalam menentukan kebijaksanaan, berjuang sekeras mungkin demi melakukan yang terbaik dan yang dicita-citakan dan semua berasal atas kepercayaan dan keyakinan yang diperoleh dari kekuasaanTuhan. Itulah yang menyebabkan bangsa Batak menjadi bangsa yang besar. Oleh karena penerapan pada kepribadian bangsa Batak, bahwa Kristen yang otentik tanpa menghilangkan akar “Habatahon” maka logo ini adalah persatuan antara tradisi dan gereja yang juga telah menjadi warisan yang ditinggalkan oleh Ompui Nommensen.
Tradisi diambil dari gorgaBatak, gorga Singa-singa yang merupakan gorga yang dipakai di rumah yang menandakan bahwa rumah yang dibangun adalah milik seorang yang berwibawa, dibangun sendiri dengan sekuat tenaga. Pada tahun 2017 ini, setiap masyarakat Batak menjadi rumah bagi dirinya sendiri untuk berjuang dan mendapat kesempatan menjadi rumah bagi dirinya sendiri, membangun dan memberdayakan diri dari berbagai aspek kehidupan sehingga menjadi pribadi yang utuh, berwibawa, bijaksana, dan berguna bagi khalayak banyak terutama bagi dirinya sendiri dan bagi Tuhan. Inilah yang menjadi orientasi dan sasaran pelayanan HKBP pada tahun 2017 ini yaitu Pendidikan dan Pemberdayaan.
Dua simbol yang berbentuk matahari itu, yang satu menandakan gorga Simataniari dan satu lagi Desa Naualu menandakan arah mata angin, bentuk yang hampir sama ini mengartikan bahwa bangsa Batak tersebar ke segala penjuru dengan menjadi terang di setiap ia bernaung dan berdedikasi. Yang ditengahnya terdapat simbol Protestan yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti Kristus.
Warna
Warna merah “narara” dari warna utama gorga Batak dan warna biru diambil dari lambang gereja HKBP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar