"Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan"
(Sebagai Inspirasi Kotbah Partangiangan Sektor, Rabu 25 Maret 2015 dan Epistel Minggu 29 Maret 2015)
Pendahuluan
Di
dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada
penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun
ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran.
Sesuatu yang janggal? Tidak juga. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula
kejahatan menghadang. Pengalaman seperti itu dialami oieh pemazmur. Ia
menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela, dan cintanya bagi rumah
Allah menghanguskan dirinya. Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan
dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang
mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan
ketika marabahaya melingkupinya. Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia
tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya, dan ia pun "mati" secara
sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri.
Di
sini seorang yang sangat putus asa sedang meratapi keadaannya. Penindasan atas
dirinya dipandang sebagai akibat dari keyakinan agamanya. Dengan menggebu-gebu
dia memohon pembalasan terhadap para penganiayanya. Keadaan pikirannya yang
cemas telah membuat suasana kejiwaannya sering berubah. Tetapi, keputusasaannya
berubah menjadi kemenangan dan keluhannya menjadi puji-pujian, sesudah dia
menyuarakan segala perasaan di dalam batinnya.
Penjelasan Teks
a.
Ayat
1-6
Keluhannya
yang Pokok. Selamatkanlah aku ... aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam.
Melalui sebuah frasa singkat pemazmur berseru meminta pertolongan, lalu dia
menggambarkan keadaannya. Kata-kata air, rawa, air yang dalam, dan gelombang
pasang, dipakai untuk memperlihatkan penderitaannya yang amat sangat Musuh-musuhnya
banyak, penuh kebencian dan sangat kuat. Dia sungguh memperhatikan agar cela
yang menimpanya tidak merugikan orang-orang saleh lainnya, yang melihat dirinya
sebagai contoh.
b.
Ayat
7-12
Sebab yang Pokok. Sebab oleh karena Engkaulah.
Kesetiaannya, kesungguhannya, dan semangat militannyalah yang telah membuat dia
menderita. Kelihatannya dia telah berjuang menentang bentuk-bentuk ekspresi
keagamaan yang liberal dan populer pada zamannya. Karena itu semua, dia menjadi
sasaran olok-olok masyarakat dan lelucon para pemabuk.
c. Ayat 13
– 18
Permohonan yang Makin lntensif. Aku berdoa
kepada-Mu. Melalui permohonan singkat dan cepat dia meminta kelepasan dan
pembenaran. Keluhannya yang terdahulu diulangi, tetapi menjadi hal yang kurang
penting dibanding permohonannya agar segera ditolong.
d.
Ayat
19-20
Kutuk
yang Tajam. Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas mereka. Permohonan-permohonan agar
Allah melakukan pembalasan ini didasarkan pada ikut sertanya Allah dalam
kemarahan sengit pemazmur. Mereka adalah musuh-musuh Allah, juga
musuh-musuhnya. Kemarahan yang sengit ini mencapai puncaknya pada seruan agar
mereka dihapuskan dari buku kehidupan (bdg. Kel 32:32; Flp 4:3; Why 13:8;
20:15). Para penulis lnjil mungkin mengenal betul ayat Mzm 69:21 ketika mereka
melukiskan kesengsaraan Kristus (Mat 27:34; Mrk 15:23; Yoh 19:29).
Penutup
Penderitaan,
dalam terang Alkitab adalah senjata Allah menangguhkan iman (lih. Roma 5:3-5; 1
Pet 1:6-7). Dalam hal pemazmur, penderitaan membuat dia rindu akan pemulihan
rohani yang bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Ia
mengharapkan pelepasan supaya orang beriman lainnya tidak tawar hati. Namun
berkat terindah dari menanggung cela karena Allah ialah penegasan iman kepada
perkenan Allah, kasih setia-Nya, dan pertolongan-Nya. Irama sumbang para
pengejeknya kini menyingkir menjadi latarbelakang yang tak berarti. Orang yang
menderita ini masuk ke dalam hadirat kasih anugerah Allah yang ajaib. Kepada
Allah, ia mempertaruhkan kasusnya. Dari Allah, ia beroleh peluputan yang mengalir
semata dari anugerah perjanjian Allah yang terpercaya! Ketika kita melihat ke
dalam kehidupan pemazmur, apakah kita dapat memahami perasaan dan situasi yang
sedang dialaminya? Mazmur ini merupakan kekuatan bagi mereka yang rela
menderita bagi Allah, namun akan terasa sangat asing bagi mereka yang tidak
pernah menyadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat
Bila
kita telah memiliki empati terhadap kondisi pemazmur, barulah kita dapat
memohon bersamanya kepada Allah, untuk dibebaskan dari musuh-musuh kebenaran.
Kita diajak untuk mengamini kasih setia Allah bagi orang-orang yang menantikan
dan mencari Dia. Dengan demikian, orang-orang yang mengasihi Tuhan dan
menderita bagi-Nya paling tidak perlu belajar dua hal dari pemazmur. Pertama,
Mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi
penderitaan karena mencintai Tuhan dan kedua, Mengingat
rakhmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam
kesesakan.
Pdt. Sofian M. Pane,
S.Th
Source: sofianpane.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar